07 April, 2008

Negeri Ransel


Ciri khas orang amrik yang tidak ada di indonesia: semua orang memakai ransel. Lewat pengamatan sekilas di kampus, 99% mahasiswa menggunakan ransel untuk mengangkut buku-bukunya (dan juga laptopnya). Tidak cowok, tidak cewek, semuanya membawa ransel. Bahkan bukan hanya mahasiswa, dosen-dosen yang profesor itu juga sebagian besar pakai ransel. Mungkin di indonesia, dosen yang pakai ransel cuma faisal basri doang!

Tidak seperti ransel indonesia yang tipis dan ringkih, ransel di sini memang gede-gede dan berkesan kuat. Dan tumben, merek yang dominan bukanlah nike, melainkan jansport (saya heran kenapa merek jansport ini tidak populer di indonesia). Belakangan saya sadari mengapa mereka pada pakai ransel: karena memang ransel ini all in one! Bisa mengangkut buku yang berat (karena tidak ada buku bajakan yang bisa difotokopi sedikit demi sedikit), bisa ngangkut notebook, juga baju kalau mereka pergi ke gym (orang amrik memang gila olahraga!) Jadi ya satu-satunya yang cocok ya ransel, tinggal ditaruh di pundak, semua sudah terbawa.

Bahkan kebudayaan ransel ini bukan cuma di lingungan 'akademis'. Di mana-mana ternyata semua orang juga pake ransel. Paling mencolok kalo di bandara. Kalo di Indonesia, orang pergi kebanyakan pake travel bag atau kardus indomie. Kalo di sini, hampir semua sekali lagi pake ransel. Bahkan kalo yang pergi jauh, ranselnya bisa segede bantal guling. Saya perhatikan kenapa mereka pakai ransel, bukan travel bag: karena praktis membawanya. Coba kalo travel bag kan mesti dijinjing dengan sebelah tangan, sehingga yang bebas hanya satu tangan doang. Kalo pake ransel, tinggal taruh di pundak, kedua tangan bisa bebas. Dan juga ransel terasa ringan di badan karena beban terbagi rata, sedangkan kalo travel bag, cuman tangan yang memegang ya terbebani. Sebab yang lain lagi: orang sini cari yang praktis, tidak peduli apa kata orang. Coba kalo di Indonesia, bapak-bapak (atau ibu-ibu) pake ransel, pasti diketawain. Kita memang sukanya ngetawain orang!

Tidak ada komentar: