26 September, 2008

Kejamnya Dunia

Kalau lagi iseng, misalnya lagi ngantre di pasar swalayan, kadang-kadang saya beli tabloid gosip, misalnya News of the World, yang isinya kadang-kadang mencengangkan. Pada suatu hari misalnya ada berita: Salah seorang artis (bekas artis?) terpergok sedang menjual rambutnya karena kehabisan duit!

Nama mantan artis itu adalah Corey Haim. Mungkin Anda yang remaja di tahun 80-an mengenal nama ini. Dia waktu itu adalah seorang aktor muda yang tentu saja tampan yang diharapkan dapat menggantikan peran Tom Cruise sebagai artis idola. Beberapa filmnya juga sempat beredar di Indonesia, kalau gak salah misalnya berjudul The Lost Boys. Pokoknya lumayan ngetop deh!

Kembali ke cerita asal. Menurut berita tersebut si Corey ini saking bangkrutnya bahkan memotong rambutnya sendiri untuk kemudian dijual melalui situs lelang e-bay! Nah lo, dulu orang yang sangat terkenal, sekarang jatuh miskin sehingga harus melakukan hal semacam itu!

Dunia memang kejam. Contoh lain misalnya penyanyi rap MC Hammer, yang sangat mendunia di tahun 90-an dengan lagu-lagunya misalnya U Can't Touch This, sekarang jatuh miskin dan menjadi peminta-minta!

Bekas petinju yang terkenal sebagai si Raja Beton, Mike Tyson, sekarang juga sudah terpuruk dan berencana membintangi film porno untuk menyambung hidupnya. Terus the king of pop Michael Jackson yang albumnya Thriller menjadi album paling laku sedunia sampai sekarang, dikabarkan menjual tanah hiburannya yang bernama Neverland!

Kalau diamat-amati, kebanyakan mereka bangkrut karena salah memilih teman. Si oknum teman ini kadang-kadang menjerumuskan mereka ke investasi yang salah atau ke gaya hidup yang foya-foya, lalu kemudian ditipu ataupun memang proyeknya tidak membawa untung. Setelah bangkrut, para teman gadungan ini kemudian meninggalkan si artis dalam kesendirian (dan kemiskinan)! Padahal kalau mereka hidup sederhana saja, mereka bisa hidup layak sampai meninggal gak perlu kerja.

Perhitungannya begini: gaji seorang sarjana S1 di Amrik rata-rata $50.000 setahun. Atau kalau lulusan S2 taruhlah $100.000/tahun. Nah, si artis ini, misalnya dia punya duit $10juta, dia bisa hidup ala lulusan S2 selama 100 tahun ongkang-ongkang! Atau dia bergaya S1, bisa ongkang-ongkang 200 tahun!

Karena dia foya-foya, atau karena memilih teman yang salah, dia bisa bangkrut, dan ya itu tadi, mempermalukan diri sendiri. Dunia memang kejam!

18 September, 2008

Orang Bule Yang Aneh, 2

Saya punya temen satu lagi yang aneh, namanya Charles (tidak perlu disebutkan nama belakangnya). Dia sudah agak berumur, mungkin di atas 50 tahun. Single, pekerjaannya gak jelas, tapi rumahnya cukup besar.

Apa yang membuatnya aneh? Ternyata dia sangat menggemari Indonesia. sudah berkunjung beberapa kali ke Indonesia dan mengenal (hampir) semua orang Indonesia di Durham dan sekitarnya. Saya kenal dia juga karena dia yang email duluan ngajakin ketemu--entah darimana dia mendapatkan email saya. Bahkan dia juga kenal dekat dengan seorang lulusan UNC (University of North Carolina at Chapel Hill) yang sekarang jadi salah satu direktur di Ditjen Pajak!

Dia sering mengundang kami orang-orang Indonesia ke rumahnya, dan memasak masakan Indonesia: gulai, sate, opor, krupuk udang, sambel. Bukunya juga banyak yang berbahasa Indonesia, juga koleksi kaset dan videonya. Foto-foto karyanya juga bagus, seperti karya para fotografer profesional. Bahkan dia juga menjadi pemain gamelan di grup gamelan UNC. Aneh bukan? Saya aja yang orang Indonesia asli gak bisa main gamelan.

Yang paling kami senengin adalah dia ini suka traktir makan. Bener-bener traktir ala Indonesia, alias dia yang bayar! Biasanya kami makan di restoran China all-you-can-eat. Lumayanlah nambah-nambah gizi!

Sayangnya dia juga gak punya keluarga alias sorangan wae. Ketika saya tanyakan kenapa gak berkeluarga (karena kita udah dekat, jadi nanyain yang begini boleh aja), dia jawab: tahu gak kamu apa penyebab perceraian? Dia jawab sendiri: penyebab perceraian adalah karena adanya pernikahan! Karena gak mau bercerai, makanya saya gak menikah, begitu katanya, entah bercanda entah gak.

Saya tidak tahu mengapa dia gemar berteman dengan orang-orang Indoneisa dan punya banyak informasi mengenai Indonesia.

Sampai sekarang saya masih saling email dengannya. Dan sampai sekarang pun saya gak tahu apa kerjaan dia. Tapi dalam hati saya menduga dia ini adalah agen CIA! Siapa tahu dia tugasnya adalah mengamati (alias memata-matai) orang-orang Indonesia di Amrik! Dan mungkin dia saat ini sedang membaca blog ini!

Pokoknya, trims pak Charles telah berteman dengan kami selama ini!

Orang Bule Yang Aneh

Saya punya teman, namanya Patrick (gak usah disebutin nama belakangnya, ntar dia baca blog ini kan repot). Dia orang bule turunan Irlandia. Lulusan S2 komputer Duke. Waktu itu bekerja di Sony Eriksson di Durham, itu lo yang bikin ponsel. Kenapa dia aneh?

Begini ceritanya: orang ini masih bujang tapi umurnya saya ga tau, mungkin sekitar 30tahun. Saya tanya tahun berapa dia lulus S2-nya, dia gak mau jawab. Saya udah lupa kenalnya di mana, pokoknya dia bukan teman kuliah. Jadi ngobrol punya ngobrol, dia ngajakin saya makan siang. Hm, rada aneh bukan, cowok gak ada angin gak ada hujan, kok ngajakin makan siang bareng, di tempat gaul lagi, di Franklin Street, dekat kampus University of North Carolina (UNC), tempat pebasket Michael Jordan dulu kuliah. Saya sih iya iya aja, tapi kok dia 'gencar' banget! Dalam hati saya rada curiga jangan-jangan ini cowok sejenis dengan 'Ryan'. Saya sudah keluarkan berbagai macam jurus alasan. Alasan pamungkas yang terakhir: saya hari Jumat depan mau nganterin istri senam hamil! Padahal bohong, karena hari itu saya gak ada kegiatan, terus iseng-iseng ke kampus berdua istri muter-muter. Eh, ndilalahnya kok di kampus ketemu si Patrick! Wah, tertangkap basah nih! daripada saya ak-uk, ya udah saya kenalin aja istri saya ke dia. Aman..

Akhirnya, malah dia ngajakin kami berdua makan siang kapan-kapan. Ya sudah pada hari H-nya, kita bertiga jadi deh makan siang di Franklin Street itu. Melihat kegencaran dia ngajakin makan siang itu, saya menduga dia akan mentraktir saya. Ternyata saya salah saudara-saudara! Waktu bon datang, seperti kebiasaan orang ditraktir, saya 'berpura-pura' akan keluarin dompet sambil berharap dicegah. Ternyata dia tidak mencegah saya: ternyata memang BS-BS. Ya udah, makan saya sama istri digabung saya bayar, makanan dia, dia yang bayar! La tahu gitu gak pesen makanan yang mahal! Lagipula kalau mau BS-BS ngapain dia getol banget ya ngajakin makan bareng?. Ternyata dia memang gak ada tujuan apa-apa, cuman suka berteman aja. Ya syukur kalo begitu..

Beberapa bulan kemudian, saya dikabarinya bahwa dia akan pindah ke China. Lha ngapain, kata saya. Ya pingin suasana baru aja, sambil bertualang. Waduh, aneh banget ini orang. Udah kerja enak-enak di Sony Eriksson, kok malah pindah ke China. Dan di China dia kerjaannya ternyata jadi dosen Bahasa Inggris di salah satu universitas di sana! Dan masih membujang sampai sekarang. Aneh bukan?

Jangan Sakit di Amrik..


Salah satu bahan kampanye presiden amrik yang bisa membuat orang mencoblos atau tidak calon tersebut adalah bagaimana sang calon membuat kebijakan mengenai kesehatan, tepatnya bagaimana dia akan menentukan policy terhadap ongkos kesehatan warganya, apakah dia akan menentukan biaya asuransi yang murah buat manula atau membuat program asuransi bersifat nasional macam medicare atau medicaid. Bagi kita di Indonesia mungkin kebijakan kesehatan menjadi pertimbangan yang ke-247!

Apa pasal? Ternyata memang ongkos berobat di sini muahal! Karena mahal itulah, maka setiap orang diwajibkan mempunyai asuransi kesehatan, sebab kalo tidak, bisa-bisa dia wasalam sebelum waktunya!

Istri saya waktu itu sebelum brangkat ke amrik sudah hamil dan direncanakan melahirkan di sini. Sebelum dia nyusul saya, saya sudah mengemail ke perusahaan asuransi--namanya Blue Cross Blue Shield (BCBS)--apakah biaya melahirkan dicover oleh asuransi keluarga yang preminya $1.900/tahun itu. Setelah dijawab ya, baru istri saya impor ke sini. Untunglah, saya ikut asuransi keluarga ini, walaupun terus terang agak mahal, dan pakai uang sendiri lagi! Kalau tidak, tentu gawat. Coba bayangin, sekali kontrol kehamilan biayanya $95, belum kalau termasuk obat. Ongkos melahirkan nyaris $2.000. Ongkos kontrol dokter anak tiap kunjungan $105, padahal namanya anak bayi kan kunjungan rutin sifatnya wajib, belum lagi kunjungan tak rutin kalau badannya anget (dan kayaknya cukup sering, dasar bayi Indonesia, kayaknya kedinginan di sini!)

Yang paling berasa keuntungan ikut asuransi adalah waktu istri saya di-opnamne di RS dan harus nginep selama tiga minggu karena sakit paru-paru (mungkin karena kedinginan?). RS-nya adalah Duke University Medical Center (DUMC, yakni seperti RSCM-nya UI--foto terlampir). Anda bisa tebak berapa biayanya? Tidak kurang dari $30.000! Bayangin nyaris rp 300 jeti saja! Setiap kali tagihan RS datang tiap minggu, dan kalau digabung bisa memenuhi satu document holder sendiri, saya tidak henti-hentinya bilang syukur ngikut asuransi! Kalau saya tidak ikut asuransi, bisa-bisa saya jual celana!

Kalau sudah begitu, kebayang hujan emas di negeri sendiri: ongkos badan meriang murah, bahkan gak perlu ke dokter cukup kerokan aja! Keseleo? Tinggal panggil tukang urut! Atau spesialis anak ongkosnya di bawah 100ribu. Bahkan, kalaupun sakit berat, belum tentu harus mondok di RS. Masih ada pengobatan alternatif! Enak bukan?

14 Mei, 2008

Yang Murah, Yang Mahal...

Saya paling mangkel kalo ketemu sama orang Jepang atau Korea. Bukan karena mereka sombong --bahkan mereka orang yang ramah banget, hanya jarang ngobrol karena keterbatasan bahasa-- tapi karena secara gak sadar mereka membuat saya seakan berasal dari negeri yang miskin banget!

Misalnya, pada suatu hari salah seorang Jepang, sebut saja namanya Akiko, bilang: wah, baju di sini murah-murah ya! Saya jawab: kenapa? Jawabnya: lha ini, masak jaket sebagus gini cuman $65 harganya? Gedubrak!! Jaket $65 dibilang murah? Asem! Lha bagi saya itu kan nyaris 650 ribu rupiah! Hm, baju jaket yang sekualitas itu buatan Bandung palingan cuman 150 rbu perak! Tak usye ye!

Atau suatu hari temen Korea saya bilang: yuk, kita main golf di sini, biayanya murah. Ketika saya tanya berapa, dia jawab sekali main $30. Weleh-weleh, murah kok $30. Bisa nangis dia kalo saya ceritain berapa tunjangan beasiswa saya selama sebulan! Alhasil, sama si Korea itu akhirnya saya main tenis saja. Lapangannya gratis, bolanya awet!

Saya juga paling 'kesel' kalo jalan-jalan di toko suvenir universitas. Memang harus diakui bahwa barang-barang yang dijual di sana memang cakep-cakep. Kaos, topi, baju anak, bolpen, perlengkapan olahraga, buku-buku yang semuanya membuat ngiler, harganya juga nauzubillah! Misalnya kaos basket Duke (termasuk tim basket yang legendaris di amrik sini), harganya bisa mencapai $90! Celana pendeknya cuma $30 saja. Terus jam tangan sekitar $200. Bahkan potongan lapangan basket pun dijual, kalo gak salah yang segede batu bata harganya $90. Hm, ngapain juga beli potongan lantai lapangan!

Yang paling bikin gemes istri saya adalah kaos anak-anak. Memang lucu sih, tapi harganya sama sekali tidak lucu: satu pasang kaos dan celana $60 saja. Padahal paling juga cuman dipake 3 bulan, wong pasti cepat kekecilan! Yang murah sih ada, misalnya gantungan kunci (ya iyalah!), magnet kulkas (terang aja wong buatan Cina!) dan barang-barang yang kecil lainnya.

Alhasil, kalo saya sudah ngiler pingin beli kaos-kaos maut tersebut, terpaksa saya nungguin kalo lagi sale. Biasanya sih pas winter. Saat orang lain gak ada yang beli kaos tangan pendek (meraka pada beli sweater yang sialnya keren-keren juga, harganya sekitar $80), saya beli kaos pendek. Bukan untuk dipake tentunya (karena kan dingin banget), tapi untuk pameran kalo udah pulang ke Indonesah. Lumayan, dapat korting sampai 50%!

Taktik mencari korting memang harus dilakukan kalo mau ngirit. Soalnya kalo pas korting memang harga diturunkan gila-gilaan. Misalnya menjelang musim dingin, kaos-kaos tangan pendek yang harganya sekitar $20 sebiji, bisa didapatkan dengan harga $5 saja. Giliran musim panas, jaket-jaket dijual banting harga. Saya pernah ngincer sebuah jaket kulit domba, tapi harganya kemahalan. Jaket itu mulai nongol pas winter, harganya $120. Hm, agak mahal! Setiap kali lewat di toko, saya liatin terus sambil ngiler dan berdoa, semoga gak ada yang beli sampai musim berikutnya. Alhamdulillah doa saya terkabul, akhirnya jaket idaman tersebut dapat ditebus dengan harga $40 saja, setelah nunggu kira-kira 4 bulan sejak nongol di toko. Orang sabar disayang Tuhan!

09 Mei, 2008

Sawang Sinawang

Kalau Anda sudah pernah membaca karya fenomenal Prof. Umar Kayam, yaitu trilogi Mangan Ora Mangan Kumpul, maka Anda tentu tau arti kata sawang sinawang tadi: yaitu menakar orang dan membandingkan dengan diri kita, untuk menentukan pada 'ketinggian' berapa kita berada di dalam kelompok tersebut.

Tentu saya sebagai orang Jawa (saya rasa bukan hanya orang Jawa saja yang bersifat demikian, sepertinya sudah karakter umum orang Indonesia), begitu ketemu temen-temen seangkatan langsung mengadakan sawang sinawang untuk menentukan 'comfort zone' sendiri.

Tentu saja kriteria utama adalah penguasaan bahasa: terdapat beberapa golongan kefasihan bahasa. Pertama, mereka yang native: ini adalah para penutur asli atau mirip asli, dan sudah gak perlu mikir bahasa lagi sebelum ngomong. Penduduk golongan ini misalnya orang amrik sendiri, orang inggris, orang-orang dari pecahan uni soviet (Rusia, Azarbaijan, Georgia, dkk). Biasanya jadi perwakilan kelompok kalo lagi presentasi depan kelas. Kultur belajarnya sudah seperti orang amrik dalam arti banyak ngomong, walaupun kadang-kadang kurang bermutu juga omongannya! Beberapa ya cemerlang juga, harus diakui.

Golongan kedua adalah orang yang bahasa inggrisnya bagus tapi sumpah mati kadang-kadang susah memahami omongan mereka karena logatnya yang seperti makhluk aneh. Golongan ini misalnya orang India, Pakistan, atau dari beberapa negara Afrika, misalnya Sierra Leone (pernah denger negara ini?) atau Zambia (nah!). Semangat belajarnya kuat, karena memang keliatannya berasal dari negara yang sangat miskin. Saya ingat banget ada satu orang dari India, yang di kelas mengajukan pertanyaan yang panjang banget, sampai seluruh kelas dan profesornya sekalian gak ngerti apa yang dia tanyain. Waktu dia selesai nanya yang panjang tadi, dosennya cuman bilang: tolong diulangi. Wah, langsung ger-geran seluruh kelas!

Golongan ketiga adalah yang inggrisnya lumayan menguasai tapi logatnya masih agak susah dicerna. Misalnya dari Mongolia atau Taiwan. Orangnya juga penuh semangat, tapi agak pendiem.

Nah, golongan terakhir adalah yang bahasa inggrisnya kurang sekaligus pengucapannya susah dimengerti. Nah, ini yang gawat. Penduduk golongan ini misalnya Korea atawa Jepang. Mereka pada umumnya baik-baik dan ramah (ciri khas bangsa Asia?). Tapi kalu suruh bikin paper, bahasa tulis mereka bagus-bagus! Cuman, kadang-kadang kasihan juga melihat mereka presentasi di depan kelas. Pernah terpikir juga sih: mereka kasihan juga waktu lihat saya presentasi!

Lha, saya termasuk golongan mana? Saya tidak berhak menilai!

Sekedar pembelaan: bahasa inggris ternyata bukan segala-galanya. Toh, negara Korea atau Jepang juga maju pesat bukan karena mereka jago bahasa inggris, tapi karena hal yang lain. Yang paling gawat kalo bahasa inggris nggak jago, tapi negaranya gak maju-maju juga, karena salah urus!

Jadi? Kembali ke sawang sinawang tadi, tentu saya saya cari temen yang inggrisnya sama atawa lebih baik lagi yang lebih jelek dari saya, supaya gak minder! Walaupun dengan cara ini penguasaan bahasa inggris tidak berkembang pesat, yang penting hati tenang! Entah karena sirik atau apa, saya lihat orang-orang eropa timur rada-rada belagu keliatannya, padahal kalo dipikir-pikir mereka dari negara miskin juga lo!

Jangan-jangan: sirik tanda tak mampu?

06 Mei, 2008

It's the Law, Stupid!

Walaupun kadang-kadang enak tinggal di sini, tapi ada juga yang bikin mangkel di sini: petugas yang sangat taat aturan!

Misalnya, waktu saya mau bikin SIM. Salah satu syarat bikin SIM adalah kita harus bayar asuransi (mobil+orang). Nah, waktu saya mbayar asuransi--tentunya di perusahaan asuransi, bukan di tempat bikin SIM/polres Durham)--si petugas asuransi mencatat nama belakang saya sesuai SIM Indonesia saya, yaitu Ak. (gelar akuntan yang saya peroleh dengan susah payah di STAN). Jadilah nama saya: AK, Budi Susila.

Waktu di polres Durham tempat bikin SIM, karena di surat pengantar asuransi nama belakang saya adalah AK tadi, maka di formulir pun tertulis AK. Tentunya saya nggak mau, kan berarti salah. Terus saya berusaha jelasin ke pak polisinya (yang orang item gede banget) di situ, bahwa itu bukanlah nama belakang saya, melainkan gelar akademis, sambil saya tunjukin semua dokumen Indonesia saya: KTP, SIM, kartu nama. Pokoknya saya gak mau tau, kata si item. Kalo mau ganti ya harus si perusahaan asuransinya yang ganti. Walah, padahal kantor asuransi kan jauh dari polres ini. Terpaksa harus nelpon balik ke asuransi, dan njelasin dengan susah payah di telpon (lha wong ngobrol hadap-hadapan saja kadang gak nyambung, apalagi lewat telpon!). Untunglah si asuransi mau ganti, dan menyesuaikan nama tsb. Setelah difax, baru deh si pak polisi membetulkan nama yang tadi sambil ngomong: memang hukumnya begitu, dik!

Habis lulus ujian SIM tertulis lewat komputer (soal 25, maksimal salah 5), maka dilanjutin ujian praktek nyetir keliling-keliling kompleks. Didampingi polwan (yang juga item),saya ya cukup PD aja, kan sudah sering nyetir. Setelah selesai dan kembali ke polres, dengan PD-nya saya nanya: gimana buk, lulus kagak? Dia jawab: kamu liat tadi tanda stop di prapatan? Ya, jawab saya. kenapa? Waktu ada tanda stop tadi, kamu tidak berhenti sempurna, mobil masih bergerak, dan kamu tidak nengok ke kanan dan kiri! Busyet dah! Lha waktu di prapatan tadi kan asli sepi banget, jadi ya mobil masih bergerak. Dan juga saya sekali lirik tau bahwa gak ada mobil atau orang yang lewat. Rupanya saya memang harus berhenti "grek" bener-bener, terus melihat ke kanan dan kiri secara demonstratif, baru terusin jalan! Kok gitu sih, saya nanya. Jawab si polwan: emang gitu dik, hukumnya. Kalau ada tanda stop di prapatan, kamu harus berhenti sempurna, dan tengok kanan kiri. Walah!

Alhasil, saya dinyatakan gagal. Untunglah, kalo gagal ambil SIM, kita gak harus bayar. Pas ujian ulangan di lain hari (hanya ujian praktek, karena yang teori sudah lulus), saya pelototin tuh tanda stop, dan berhenti grek, tengok kanan kiri, dan akhirnya lulus!

Kejadian lain, waktu saya mbayar asuransi buat istri saya. Nah, karena nama istri saya cuman satu kata, saya rada bingung karena setiap formulir mengharuskan menuliskan nama belakang. Tanpa pikir panjang, saya tulis aja nama saya, Budi, sebagai nama belakang istri saya (seperi kebiasaan di Indonesia: misalnya nyonya julie teguh, berarti nama istri julie, nama suami teguh). Nah, rupanya si nama ini terus terbawa, waktu mau melahirkan, nama belakang istri tercatat nama saya. Sampai waktu buat akta kelahiran anak, saya bilang sama petugasnya bahwa nama belakang istri saya itu sebenarnya gak ada dan suruh ngilangin kata "budi". Dia gak mau karena sistemnya memang begitu. Makanya di akte anak saya, istri saya punya nama belakang ya nama saya tadi. Jadi repot deh!

Yang lebih bikin aneh lagi: anak kecil kalo naik mobil gak boleh duduk di depan, harus duduk di belakang pakai seatbelt khusus. Atau kalo anaknya masih kecil di bawah satu tahun, duduknya harus di kursi khusus/carseat yang ditarok di kursi depan dan malah menghadap ke belakang! Aneh, bukan?

Temen saya Ismail yang orang Azarbeijan malah pernah ngomel-ngomel gara-gara didenda $75! Sebabnya: anaknya yang kecil duduk di kursi depan dan gak pake sabuk pengaman! Rupanya Ismail ini seperti orang Indonesia saja yang sukanya naruh anak kecil di depan!

Pernah juga waktu mau ngurus STNK mobil, pas beli harus dimintain stempel (notarized) sama orang kampus. La dia ini kan liat saya tiap hari kuliah di situ. Eh, waktu minta stempelnya, dia masih minta saya nunjukin kartu mahasiswa! Katanya: emang aturannya gitu. Weleh-weleh!

Masalah parkir juga jadi problem juga. Di perpus kampus ada aturan bahwa parkir maksimal 3 jam. Nah, pada suatu hari ada mobil pengunjung parkir yang diderek ke ditlantas sana gara-gara lewat dari 3 jam, padahal pas pada jam ke-3 lebih 5 menit si empunya mobil sudah datang. Eh, pas dia datang, mobil sedang dalam proses diderek. Si pemilik protes. Protes gak berlaku, dan terjadilah si pemilik melihat di depan matanya mobilnya di derek dengan pasrah!

Ada lagi orang berdemo di jalan sambil pawai. Eh, tidak lama kemudian ada beberapa orang pendemo yang ditangkap polisi. Apa pasal? Apa karena demonya merusak toko atau pada bawa senjata tajam? Atau karena isunya sensitif sehingga harus diamankan polisi? Ternyata tidak saudara-saudara! Dua orang tersebut ditangkap gara-gara sepele, yaitu mereka berdemo di badan jalan, bukan di trotoar. Aturan lokal menyatakan bahwa siapapun boleh demo asalkan berjalan di trotoar, bukan di badan jalan.

Opo tumon?

05 Mei, 2008

Elu Mau Gua Antar!

Kalau di Indonesia, terutama di Jakarta, istilah untuk bisnis yang "apa saja", nyebutnya adalah LMGA (Lu Mau Gua Ada), maka di amrik sini singkatannya sama, hanya artinya beda, yaitu menjadi Lu Mau Gua Antar!

Tadinya saya juga heran, waktu datang, walaupun Durham ini adalah kota kecil, tapi kok banyak banget truk-truk boks yang lalu lalang, baik ukuran kecil segede kijang maupun truk yang gedi banget pembawa kontener. O ini to amerika, segala bisa diangkut.

Seperti biasa saya agak coba-coba aja sifatnya. Pertama, melanggan majalah. Gak usahlah kita mencari agen koran. Cukup beli satu majalah, pasti di dalamnya banyak kupon langganan majalah dengan diskon yang gede banget. Misalnya majalah Parenting yang sangat terkenal, yang dilanggan istri saya, harga bandrolnya $3, tapi kalo langganan lewat pos sebijinya cuman $1. Aneh bukan? Kita tinggal tunggu di rumah, itu majalah dateng sendiri, malah dengan harga yang hanya sepertiganya (tapi harus melanggan setahun).

Terus yang saya heran bukan main adalah majalah Sports Illustraed. Kalau Anda penggemar olahraga, pasti tahu bahwa majalah mingguan ini fotonya terkenal keren-keren, misalnya mengenai NBA atau futbol. Pokoknya t.o.p.b.g.t. deh! Coba tebak berapa harganya? kalo ngecer harganya $ 2,99 per eksemplar. Kalau langganan? Jangan kaget, untuk langganan setengah tahun (enam bulan, alias 26 eksemplar), saya hanya perlu bayar $5. Asli lima dolar aja untuk 6 bulan! Bayangin berapa harga per unitnya! Saya sendiri yang sudah bertahun-tahun belajar keuangan, gak ngerti hitung-hitungan ekonomisnya, misalnya untuk biaya kertas dan juga biaya pengiriman posnya!

Lama-lama setelah tahu bahwa sistem delivery ini aman, mulai deh saya coba-coba beli. Pertama beli komputer desktop. E, barang nyampe lancar, gak sampai dua minggu. Berikutnya beli kamera dan lensa-lensanya juga lancar! Lama-lama segala barang yang bisa diliat di internet dan pingin beli, belinya juga delivery, misalnya parfum, tas, atau mainan anak.

Tentu saja, ngikutin gaya amrik, saya juga pesen makanan lewat telpon: pizza, ayam goreng, makanan china, makanan jepang. Pokoknya nggaya deh! Norak banget, ya?

Selain murah dan cepat, delivery ini juga aman. Terbukti, segala pembayaran lewat cek, mulai dari listrik, telepon, kartu kredit, sewa apartemen, dilakukan dengan memasukkan cek tersebut ke amplop, kasih prangko $33 sen, sampai deh dengan selamet ke alamat yang dituju tanpa takut dientit sama pak posnya! Bahkan STNK mobil, paspor (untuk anak saya), akte kelahiran, tiket dst nya pun semua dikirim liwat pos, dan gak ada yang hilang di tengah jalan.

Benar-benar negeri yang efisien!

13 April, 2008

Terus Terang Terang Terus...

Apa pendapat Anda, bila ada seorang yang baru saja Anda kenal, terus bertanya kepada Anda: Berapa uang yang kau miliki? Anda kaget, malu, marah, atau biasa-biasa saja?

Terus terang saya kaget. Kejadiannya waktu orang dari universitas, Stephanie, mengantar kami untuk belanja pertama kali pagi-pagi sesudahmalamnya nyampai di amrik. Begitu dia nongol, hal pertama yang dibilang adalah: hari ini kita akan belanja segala macam :peralatan dapur, meja kuris, kasur dsb. Uangmu ada berapa?

Walah! Tentu saja saya kaget! Belum-belum ditanya masalah uang! Ya tentu saja saya jawab sejujurnya. Uangku ada segini. Terus, dia bilang: oke deh, kalo segitu ya lumayan cukup untuk membeli perabotan awal. Nanti lainnya nyusul aja!
Seandainya saya menjadi pengantar bule untuk belanja awal keperluannya di Indonesia, tentu akan saya ajak dia muter-muter ke tempat yang kiranya menyediakan barangnya tanpa harus bertanya berapa jumlah uangnya. Biarlah dia yang memilih jenis barang dan harganya, tergantung dia punya bugdet. Bukan begitu caranya? Masak duit orang ditanya-tanya!

Memang 'kebudayaan' terus terang ini mungkin diperlukan dalam situasi orang amrik yang efisien. Kalau saya tidak terus terang berapa jumlah uang yang saya miliki dalam kasus Stephanie di atas, tentu dia akan bingung mau dibawa ke mana saya untuk belanja.

Pada kesempatan lain, waktu itu istri saya sedang sakit dan harus mondok di RS, tentu saja tidak ada yang bisa menjaga anak saya, waktu itu usianya kurang lebih 8 bulan, di apartemen karena saya harus kuliah. Saya mencari informasi ke pihak universitas mengenai tempat penitipan anak (day care). Si orang universitasnya malah nanya: kamu punya uang kan untuk menitipkan anak? Lha ya jelas saya kaget (dan agak tersinggung!). Ya tentu saja saya ada duitnya, kalau nggak ngapain saya cari informasi. Belakangan saya mikir: mungkin mereka niatnya baik, kalau saya gak punya uang, mereka mungkin yang akan mbayari!

Kadang-kadang memang kalau berterus terang, ada untungnya juga. Waktu istri saya sudah sembuh, kan saya harus membayar biaya RS, walaupun sebagian besarnya sudah dibayar oleh asuransi, tapi tetap ada bagian saya 10% dari total bill yang harus dibayar. Jumlahnya kurang lebih $1.000. Waktu itu lagi ngobrol sama Stephanie, dia nanya: kamu punya duit nggak buat mbayar tagihan? Sebenarnya ada sih duitnya, tapi sayang juga kalo buat mbayar taguhan itu. Saya bilang aja begitu. Dia terus nawarin bagaimana kalo kita minta diskon ke RS? Saya ya setuju aja, terus saya minta gimana kalo diskon 50%? Dia setuju lalu pihak universitas bikin 'surat keterangan miskin' buat saya. Eh, pagi suratnya dibikin, sorenya keluar surat tagihan yang sudah terdiskon 50%. Enak juga ya kalo terus terang! menyesal juga saya tidak minta diskon 75% atau 90%!

Peristiwa istri sakit 3 minggu itu terjadi pada waktu saya membuat tesis akhir. Jadi tentu saja saya rada kelimpungan mengurus istri, anak, dan membuat tesis pada waktu bersamaan. Tentu saja tesis yang 'dikorbankan' alias dibuat tidak maksimal. Saya sengaja tidak terus terang sama dosen pembimbing saya itu mengenai sakitnya istri saya takut dibilang banyak alasan. Setelah tesis selesai, saya mendapat nilai yang kurang bagus yaitu B minus. Saya ya nyantai aja, yang penting lulus ini. Eh, waktu ketemu si dosen pembimbing waktu perpisahan, dia bilang: Lo, istrimu sakit ya waktu kamu bikin tesis? Kok gak bilang-bilang? Pantesan nilamu segitu. Kalau kamu bilang mungkin nilainya lain! Saya ya rada nyesel juga!

Bagi orang sini, memang sekali lagi ngomong itu penting. Dan berterus terang lebih banyak bagusnya daripada tidaknya!

08 April, 2008

Sumpah Mati Saya Nggak Nonton Film Porno!

Pertanyaan paling hot mengenai amrik: di sana banyak film porno ya? Memang pertanyaan yang sangat basic instinct banget!

Diam-diam, saya juga punya pertanyaan yang sama waktu datang: seberapa pornokah amrik ini? Pertama-tama, jelas lihat ke tv. Setelah tv kabel dilangganin, langsung surf ke channel yang jumlahnya lebih dari 100 itu. Sampai tangan pegel mencetin remote, ternyata dari sekian banyak itu gak ada yang berbau-bau porno! Setelah melihat brosur tv kabel, keliatan bahwa ternyata ada dua saluran adults only, salah satunya adalah playboyTV. Nah, pasti yang ini nih! Ternyata saluaran itu tidak digabung dengan berlangganan tv biasa yang per bulan $26 dolar itu. Mesti bayar lebih dan dihitung jam-jaman nontonnya (istilahnya pay-per-view). Satu jamnya kalo gak salah $ 14. Wah, mahal, gak jadi deh. Daripada buang-buang duit buat maksiat ya mendingan buat makan.

Objek hunting berikutnya: toko buku, tepatnya toko majalah. Nah, di negara bagian North Carolina rupanya ada aturan bahwa majalah-majalah 'gituan' harus disimpan di tempat yang tinggi biar gak bisa dilihat anak-anak. Jenis majalahnya sih banyak, dengan yang terkenal misalnya Playboy atau Penthouse. Mungkin ada sekitar 10 judul, yang saya juga gak hapal. Dalam hati penasaran juga mau beli, cuman kok ngambil sendiri gak bisa, karena letaknya di rak tertinggi. Mau minta bantuan mas-mas penjaga toko, malu juga, ntar dibilangin: ini orang undik mau ngapain sih beli-beli majalah ginian? Harganya sih sebenarnya gak mahal-mahal amat, paling-paling antara $2,99 sampai $4,99. Di negara bagian lain mungkin menjualnya lebih bebas, misalnya ada di pom-pom bensin. Berani sumpah, sampai pulang pun saya belum pernah beli majalah ginian!

Ok, tv gagal, toko buku malu. Eits, ada lagi sebuah toko yang terletak menyendiri di deket rel kereta dengan bangunan bercat merah, judulnya "Adults Only". Nah, itu dia. La ya jelas saya tambah gak berani masuk ke sana. Kalau diliat orang: apa kata dunia?. Alhasil sampai saya pulang ke Indonesia, saya gak jelas apa yang dijual di toko "adults only" tersebut: apakah film porno, alat bantu seks (hii!!), atau mungkin ada pertunjukan striptease?

Setelah cari informasi tanya sana-sini, memang di negara liberal ini semuanya boleh, termasuk buat berbisnis saru ini. Misalnya bikin film porno, jual majalah esek-esek, pabrik sex toys, atau nari telanjang, dsb yang gak jauh dari urusan syahwat. Yang penting, tidak menyalahi aturan, misalnya: bintang film porno harus di atas 21 tahun (mau jungkir balik beradegan panas bagaimanapun boleh asal sudah dewasa); film porno harus dilabelin 'adults only' dan yang nonton harus nunjukin KTP, majalah juga dijual untuk orang di atas 18 tahun; toko "adults only" tadi juga harus jelas di mana bisa didirikan dsb. Yang melanggar akan kena hukuman berat.

Ternyata juga nilai bisnis industri ini lumayan besar juga. Menurut koran New York Times, perputaran uang di bisnis esek-esek ini setahun besarnya $14 milyar (atau sekitar 130 trilyun rupiah per tahun). Perkiraan lain menurut NBC sekitar $12 milyar. Ada juga majalah Forbes yang memprediksi lebih kecil yaitu antara $2,6 milyar-3,96 milyar. Angka pastinya belum tahu wong memang bisnisnya serba remang-remang.

Mungkin slogannya: biar saru yang penting industrinya maju!

07 April, 2008

Jangan Asal Kutip!

Anda pernah membuat skripsi? Masih ingat kan, kalo menulis bab mengenai pendapat para ahli? Biasanya adanya di Bab II "Landasan Teori". Nah, apa yang kita tulis? Kita menulis beberapa teori yang ditulis para ahli. Makin banyak yang kita kutip, makin bagus. Caranya adalah kita copy and paste tulisan para ahli itu.

Rupanya di Amerika tidak begitu. Cara mengutip di sini bukanlah dengan cara menyalin kembali apa yang ditulis para ahli tersebut dengan memberikan tanda petik ganda di depan dan belakang pernyataan ahli itu (kalimat langsung). Bukan juga dengan menambahkan "bahwa" di depan kalimat kutipan tadi (dengan kata-kata yang sama), sehingga menjadi kalimat tidak langsung.

Cara yang dipakai di sini dikenal sebagai "paraphrase". Artinya kita boleh menggunakan ide dari ahli yang kita kutip, tetapi dengan kalimat bikinan kita sendiri. Contohnya begini. Misalnya seorang ahli, katakanlah Panjul, menulis dalam bukunya "anak yang terlalu banyak main video game akan berprestasi bagus di sekolahnya". Di skripsi ala Indonesia, kita mengutipnya: Panjul menyatakan dalam bukunya "anak yang terlalu banyak main video game akan berprestasi bagus di sekolahnya" (kalimat langsung). Atau, kita tulis di Bab II kita: Panjul berkata bahwa anak yang terlalu banyak main video game akan berprestasi bagus di sekolahnya (kalimat tidak langsung).

Nah, di Amrik sini, kita harus mengungkapkan pendapat si Panjul tersebut dalam kalimat kita sendiri, misalnya dengan menulis: Panjul menyatakan bahwa ada korelasi positif antara frekuensi main game dengan prestasi di sekolah. Atau: Panjul menyatakan bahwa dengan banyak main game, prestasi anak akan membaik. Kurang lebih begitu!

Terpaksa, dalam setiap menulis paper, kita harus benar-benar mengerti apa yang dinyatakan para ahli. Tidak seperti di Indonesia, kita bisa mengutip tanpa tahu maksud keseluruhan! Kata dosen di sini, kalo cuma mengutip dengan kata-kata yang persis sama, berarti si pengutip gak tahu maksudnya si ahli! Mahasiswa yang kebanyakan ngutip dengan kata-kata asli si ahli akan mendapat nilai yang kurang bagus, karena itu pertanda dia malas bepikir. Betul juga ya? Tapi ngerepotin!

Saking pentingnya cara kutip mengkutip ini, waktu orientasi pun hal ini diajarkan, mengingat banyak mahasiswa internasional yang berbeda 'adat' dengan Amerika mengenai hal ini. Masih kurang lagi, waktu kuliah 'academic english' hal yang sama juga masih diajarkan! Kurang apa coba.

Jadi, selesai kuliah, terpaksa jadi jago mengutak-atik pendapat para ahli!

Negeri Ransel


Ciri khas orang amrik yang tidak ada di indonesia: semua orang memakai ransel. Lewat pengamatan sekilas di kampus, 99% mahasiswa menggunakan ransel untuk mengangkut buku-bukunya (dan juga laptopnya). Tidak cowok, tidak cewek, semuanya membawa ransel. Bahkan bukan hanya mahasiswa, dosen-dosen yang profesor itu juga sebagian besar pakai ransel. Mungkin di indonesia, dosen yang pakai ransel cuma faisal basri doang!

Tidak seperti ransel indonesia yang tipis dan ringkih, ransel di sini memang gede-gede dan berkesan kuat. Dan tumben, merek yang dominan bukanlah nike, melainkan jansport (saya heran kenapa merek jansport ini tidak populer di indonesia). Belakangan saya sadari mengapa mereka pada pakai ransel: karena memang ransel ini all in one! Bisa mengangkut buku yang berat (karena tidak ada buku bajakan yang bisa difotokopi sedikit demi sedikit), bisa ngangkut notebook, juga baju kalau mereka pergi ke gym (orang amrik memang gila olahraga!) Jadi ya satu-satunya yang cocok ya ransel, tinggal ditaruh di pundak, semua sudah terbawa.

Bahkan kebudayaan ransel ini bukan cuma di lingungan 'akademis'. Di mana-mana ternyata semua orang juga pake ransel. Paling mencolok kalo di bandara. Kalo di Indonesia, orang pergi kebanyakan pake travel bag atau kardus indomie. Kalo di sini, hampir semua sekali lagi pake ransel. Bahkan kalo yang pergi jauh, ranselnya bisa segede bantal guling. Saya perhatikan kenapa mereka pakai ransel, bukan travel bag: karena praktis membawanya. Coba kalo travel bag kan mesti dijinjing dengan sebelah tangan, sehingga yang bebas hanya satu tangan doang. Kalo pake ransel, tinggal taruh di pundak, kedua tangan bisa bebas. Dan juga ransel terasa ringan di badan karena beban terbagi rata, sedangkan kalo travel bag, cuman tangan yang memegang ya terbebani. Sebab yang lain lagi: orang sini cari yang praktis, tidak peduli apa kata orang. Coba kalo di Indonesia, bapak-bapak (atau ibu-ibu) pake ransel, pasti diketawain. Kita memang sukanya ngetawain orang!

27 Maret, 2008

Orang yang Selalu Menahan Pintu

Kalau kebetulan Anda berjalan tepat di belakang orang amrik, tidak peduli apakah itu orang kulit hitam ataupun putih, dan di depan ada pintu--apakah itu pintu biasa yang mengayun ke samping maupun pintu koboi yang mengayun ke kanan dan ke kiri-- orang yang di depan Anda tadi sesudah mendorong pintu dan melangkah ke dalam, bisa dipastikan akan menahan daun pintu, agar waktu mengayun balik pintu tersebut tidak akan mengenai Anda yang masuk berikutnya. Dengan kata lain, ia pasti akan menahan daun pintu tersebut tetap terbuka waktu Anda masuk.

Siapa bilang orang amrik cuek-cuek?

23 Maret, 2008

"Ngomonglah, Maka Kamu Ada"

Seorang filsuf Prancis, Rene Descartes, berkata "saya berpikir, maka saya ada". Itu adalah ungkapan filsuf jaman dulu yang tentunya tidak pernah berhenti berfikir (mungkin karena orang jaman dulu kurang hiburan?). Nah, kalau hidup jaman sekarang, apalagi di amrik, yang berlaku adalah: kamu ngomong, maka kamu ada!

Inilah yang paling membuat saya kaget di hari pertama kuliah: begitu banyak orang yang ngomong, padahal itu di jam pertama, hari pertama kuliah! Ceritanya, kuliah pertama hari itu kalo gak salah mata kuliah "Strategic Change" (btw, judul mata kuliah yang aneh!). Dosennya namanya Jerry vanSant (turunan Belanda, mungkin saudara jauh Ruud vanNistelrooy atau Marco vanBasten!). Begitu dia ber-selamat pagi dan memperkenalkan diri sekaligus juga menanyakan asal-usul muridnya, dia mengajukan satu pertanyaan (saya lupa pertanyaannya apa), langsung deh para mahasiswa saling ngomong silih berganti. Si A ngomong begini, disambung lagi sama si B, terus C, balik lagi ke dosennya, balik lagi ke X, Z dst. Lha tentu saja saya syok. Waduh, kuliah kok kayak gini, maklum terbiasa pepatah 'diam itu emas'. Lagipula dalam hati mikir: lha saya ini ke sini mau belajar, bukan mau ngomongin pendapat saya!

Nah, karena rada takjub begitu ya saya dieemm aja. Mungkin aneh karena melihat si mahasiswa dari Indonesia ini bengong aja, mulailah dia mancing: kalo di Indonesia gimana? Nah, kalo udah begini ya terpaksa buka mulut sambil banyak 'eng...eng..', maklumlah belum lancar ngomongnya, meneer! Begitulah kira-kira, tiap ada kelas, minimal harus satu kali ngomong! Soalnya kalo gak buka mulut ya keliatan, wong paling jumlah muridnya maksimal 20!

Rupanya memang begitulah cara orang amrik sekolah. Mereka dididik untuk banyak ngomong. Waktu masih TK aja mereka dari kecil sudah diajarin 'show and tell'. Kurang lebih artinya adalah si anak TK disuruh maju sambil membawa barang favorit mereka (misalnya boneka beruang), kemudian meraka suruh menceritakan segala hal yang menyangkut si beruang itu, misalnya namanya siapa, siapa yang beliin, mengapa jadi favorit, dsb. Dengan cara ini mereka akan terbiasa berbicara di depan umum. Ruang kelas pun diatur agar setiap orang leluasa ngomong. Bahkan berdebat pun diajarkan sejak kecil, sehingga tidak heran kalo ada lomba debat pelajar tingkat nasional!

Mereka pun konsekuen dalam hal ini. Karena berbicara adalah bagian penting dari pendidikan, maka pertisipasi di kelas pun mendapat porsi yang besar dalam nilai akademis mereka. Orang yang sedikit ngomong, dianggap gak becus. Contohnya saya pernah ngambil mata kuliah 'Financial Crisis', tugas akhirnya berupa paper. Lha waktu itu Indonesia kan habis kena krismon, ya perasaan saya udah nulis paper yang top. Eh, begitu nilai keluar, saya dapat nilai yang tidak sesuai harapan saya. Terang aja saya agak protes ke pak dosen, kenapa cuman dapat nilai segitu. Dia cuman beri penjelasan pendek: habis, di kelas kamu diam aja, yah terpaksa nilamu cuma segitu. Waduh!

Ada seorang dosen yang panggilannya Fritz. Dia ini paling getol sama diskuis kelas, sehingga sepanjang kuliah isinya diskusiii.. melulu (kalau anak Jakarta pasti udah bilang: cape deeh). Mungkin dia sendiri ngomongnya cuman seperempat jam dari total jam kuliah.Lainnya ya para mahasiswa yang ngomong (tentunya setelah berbekal diri dengan bacaan yang banyak banget!). Untung saya tidak mengambil kelas dia! Favorit saya adalah dosen yang gak banyak tanya, langsung nerangin mata kuliahnya. Jadi kita banyakin dengerinnya dibanding ngomongnya! Sayangnya dosen yang begini jarang-jarang!

Memang lain ladang lain belalang!

19 Maret, 2008

Posisi Menentukan Prestasi? -- Belum tentu!

Kata mutiara apakah yang paling terkenal semasa Anda kuliah? Mungkin berbeda dengan Anda, tapi waktu jaman saya kuliah dulu, yang paling terkenal adalah: posisi menentukan prestasi. Artinya pasti semuanya tahu: posisi duduk Anda waktu ujian akan menentukan besarnya nilai yang Anda dapat! Apakah paling depan, ataukah deket rekan Anda yang jago, atau baris paling belakang sehingga luput dari pengamatan dosen, itulah determinan nilai Anda!

Apakah hal tersebut berlaku di amrik? Sebelum dijawab, mungkin ada baiknya Anda lihat gambar suasana kuliah di samping ini. Suatu hal yang sangat membedakan kuliah di kita dengan di amrik adalah lay-out ruangannya. Lay-out yang begini bukan hanya terdapat di jenjang S2 saja, melainkan di tingkat S1 (kebetulan saya mengambil beberapa mata kuliah S1 di sana). Nah, model kuliahnya adalah: Anda diberikan bahan-bahan kuliah sebelum kuliah dimulai, baik melalui jalur internet maupun jalur fotokopi. Jadi misalnya besok membahas mata kuliah mengenai IMF misalnya, bacaan yang harus Anda baca ya berkisar mengenai IMF, sebanyak 3-4 artikel.

Nah, waktu kuliah dimulai, si dosen mengajukan pertanyaan, dan mulailah para muridnya menjawab berdasar bacaan yang sudah dibagi atau juga berdasar pengetahuan lain. Nah, bayangin kalau Anda belum membaca sebelumnya! Dijamin keringat dingin! Juga, penilaian dosen bukan hanya pada tes akhir, tapi juga sebagian besar malah dari partisipasi kelas. Jadi siap gak siap Anda harus berani ngomong di kelas! Kalau diem ada di pojokan, ya jelas keliatan sama dosennya, wong sekelas muridnya paling banter 20!

Seperti disebutkan tadi, salah satu unsur nilai adalah partisipasi kelas. Unsur yang lain adalah biasanya presentasi kelompok, makalah akhir, dan ujian akhir (bahkan kadang-kadang gak ada ujian akhirnya, hanya paper aja!). Biasanya di Duke, hari Jumat libur, kuliah hanya sampai Kamis aja. Bukannya supaya muridnya Jumatan, melainkan hari Jumat adalah hari kelompok. Artinya pada hari itu kita membahas tugas kelompok, membuat paper atau bahan presentasi power point. Juga membuat paper perseorangan.

Mengenai partisipasi kelas ini kadang-kadang ngeselin juga. Katakanlah kita mempunyai pendapat tertentu, tapi kadang-kadang mau ngomong, mikir bahasa inggrisnya kelamaan, atau ngomong tapi malah berhenti di jalan kehilangan kata-kata bahasa inggris! Kalau sudah begini ya keluar keringat dingin (walaupun lagi winter!). Yang ngeselin juga, kita udah ngomong panjang dengan penuh perjuangan, eh.. di akhir kalimat, dosen atau mahasiswa gak paham apa yang kita omongin gara-gara pronunciation yang njawani! Terpaksa keringat dingin lagi!

Yang bikin gondok, sebenernya orang yang banyak ngomong itu juga ide-idenya biasa aja (dalam hati: saya juga tahu!), tapi berhubung inggrisnya jago, ya dosennya seneng aja, yang penting mahasiswa aktif!

Kalau lagi males, saya kadang-kadang pake taktik wagu: ngomong duluan sebelum yang lain. Jadi si dosen akan merasa: o, ini anak berarti udah baca bahan yang diberikan! Habis itu sepanjang kuliah ya diem aja, yang penting tadi udah pernah ngomong!

Masalah yang lain adalah paper. Dalam banyak hal, ujian akhir tidak ada, hanya kita disuruh bikin paper 10-15 halaman. Jumlah halaman sih dikit, tapi risetnya itu lo, harus cari bahan ke perpus, minimal 5-10 buku supaya berbobot!

Kalau begini memang paling enak kuliah di Indonesia. Sepanjang kuliah berlangsung, boleh diem aja. Nanti tinggal belajar waktu mau ujian tertulis di akhir semester. Kalaupun belajar gak siap, ya kita pilih posisi terbagus waktu ujian, kan prestasi ditentukan oleh dengan siapa kita duduk waktu ujian...

18 Maret, 2008

Kesan Pertama Begitu Menggoda...

Setelah masalah akomodasi selesai, sampailah kita ke pokok masalah: Hari pertama di sekolah!

Rasanya persis kayak mau masuk sekolah baru. Inget waktu kita mau masuk SD? Gedung sekolah baru, temen baru, temen sebangku yang sebelumnya gak kenal, terus guru-gurunya...
Nah, walaupun umur sudah 30tahun+ percayalah rasanya masih tetap sama: agak grogi-grogi dikit, sedikit pucat+agak kedinginan karena sudah masuk musim gugur.

Setelah naik jemputan yang gratis dari apartemen (akhirnya ada juga sisi baiknya apartemen sederhana sehat ini--baca postingan di bawah), sampailah saya di gedung kuliahnya. Sekedar background information: Saya kuliah di Duke University, fakultasnya namanya Terry Sanford Institute of Public Policy, jurusannya Program in International Development Policy (PIDP). Kesan pertama gedungnya cukup cantik dengan gaya yang belakangan saya tahu namanya gaya gothic. Walaupun ini bangunan baru tapi gayanya disesuaikan dengan gaya secara umum di Duke, yaitu gothic (bahkan Duke sering secara narsis disebut para penghuninya sebagai gothic wonderland).

Setelah lirik sana lirik sini ternyata semua bangunan bergaya sama. Di waktu kosong saya sengaja berkeliling ke kampus yang luasnya nauzubillahimindalik! Kampus terbagi dua yaitu West Campus (untuk S2 dst) dan East Campus (untuk S1). Bahkan saking besarnya, untuk pergi ke east campus, harus naik bis kompleks.

Belakangan saya baru mengetahui bahwa memang kampus di amrik sini besar-besar, apalagi kampus yang sudah tua macam Duke, Harvard, MIT. Besar bukan hanya karena jurusannya banyak, tapi juga karena universitas harus membangun asrama (dormitory, disingkat dorm) baik untuk S1 (terutama), maupun S2.

Perihal fakultas pun rupanya beda sistem sama di kita. Mereka menyebutnya school of .. atau institute..., dan bukan menyebut faculty. Jadi kalau fakultas kedokteran disebutnya medical school, terus ada juga school of environmental study dsb. Juga kadang kala disertai nama orang tertentu sebagai pendiri atau sebagai orang yang dihormati. Misalnya di Duke ada Terry Sanford Institute of Public Policy (artinya fakultas ini digagas oleh pak Sanford--entah dia ini siapa). Kemudian ada lagi Fuqua School of Business, ini artinya jurusan MBA didirikan oleh Pak Fuqua ini. Di Harvard ada John F Kennedy School of Government, berarti ini adalah sekolah jurusan pemerintah di Harvard yang didirikan untuk menghormati JFK. Bahkan kadang-kadang nama fakultasnya lebih terkenal daripada nama universitasnya, misalnya Wharton Business School lebih terkenal dibanding universitas yang menaunginya yaitu Pennsylvania University!

Anda harus hati-hati menyebut kata faculty, karena di sini berarti adalah dosennya atau profesornya. Kalau Anda melihat faculty di suatu jurusan di universitas di amrik, itu bukanlah daftar fakultas yang ada melainkan daftar dosennya!

Kembali ke sekolah, hari pertama memang belum mulai kuliah karena empat hari pertama adalah orientasi. Untunglah perploncoan di sini gak seperti di Indonesia yang sebenarnya merupakan pelecehan harkat kemanusiaan. Orientasi di sini berarti pengenalan teman-teman baru, sistem komputerisasi di sekolah, lokasi-lokasi penting seperti perpus dsb, pengenalan dosen, mata kuliah dsb.

Ternyata orientasi yang model begini juga diterapkan untuk mahasiswa S1. Di sini gak ada yang namanya mahasiswa cukur gundul atau mahasiswi disuruh kepang seribu tanpa tujuan yang jelas plus dibentak-bentak. Orientasi S1 malah dimulai sejak sebelum mereka menginjak kampus. Mereka dikirimi beberapa buku untuk dibaca (kebanyakan malah fiksi) untuk nanti didiskusikan waktu orientasi hari pertama. Yang juga penting adalah penegakan integritas (nyontek berarti DO!), tata cara membuat paper dsb.

Kembali ke orientasi, ternyata semua teman-teman adalah bukan orang Amerika! Suatu kabar baik, berarti gak usah minder mengenai bahasa inggris! Kebanyakan adalah dari dunia ketiga atau dua setengah: Mongolia, Rusian, Georgia, Azarbaizan, Kazakstan, India, Honduras. Ada juga dari dunia pertama: Jepang, Inggris. Rata-rata juga sudah agak berumur 30+, sebaya lah kira-kira! Seperti biasa setelah sanang sinawang, ketahuan juga beberapa yang bahasa inggrisnya sebelas-dua belas sama saya: Mongolia, Jepang, Korea (yang ini malah lebih parah, sumpah susah banget dipahami!). Jadi posisi aman!

Begitulah kira-kira. Hari-hari orientasi berjalan dengan lancar! Siap menyongsong hari-hari berikut!

17 Maret, 2008

Tinggal di Apartemen?..Wow (belum tentu) Kereenn!!!

Acara apa yang paling penting sebelum mulai kuliah? Tentu saja mencari kos-kosan kalo di Indonesia. Kalau di amrik sini? Tentu saja apartmen! Apartemen mahasiswa kayak apa kalo di Amrik? Apa seperti Pakubuwono Residence? Apa Taman Rasuna atau Taman Anggrek? Atau jangan-jangan seperti Rusun Penjernihan!

Begitulah, setelah kurang bisa tidur dengan baik, maklum jetlag plus badan pegel habis jadi kuli angkut, akhirnya pagi-pagi nyari sarapan. Di hotel? Tentu tidak, karena kita nginep di hotel paket hemat, ya gak ada sarapan! Terpaksa kita celingak-celinguk sambil mikir, apa ya sarapan orang amrik sini? Apa mereka makan kentang, apa roti, atau jangan-jangan nasi goreng! Setelah kita keluar dari hotel, nah, itu dia keliatan warung subway di sebelah hotel. Hm, pagi-pagi makan apa ya enaknya?

Begitu masuk, langsung kaget! Yang jaga warung orang item, gede banget, sangar lagi! Rambutnya dikepang kecil-kecil, badannya tinggi besar, pake kalung gitu! Dengan sedikit dorong-dorongan (maklum kita bertiga gak ada yang berani terdepan), akhirnya sampe juga di konter. Terus si item nanya yang gak jelas kira-kira bunyinya "hiieootugooo". Ini maksudnya apaan sih? Terpaksa jurus andalan dikeluarkan. Saya jawab (sebenarnya bukan njawab, tapi malah nanya): excuse, me? Si negro lalu ngejawab dengan slowly dan agak keras: "here or to go?". Nah, baru ngerti, ngomong dong dari tadi? Ternyata maksudnya mau makan sini apa dibungkus! Sekali lagi, TOEFL yang sekian ratus tadi gak ada gunanya! Soalnya di pelajaran bahasa inggris adanya bukan "here or to go" tapi "dine-in or take-out"!

Terus mau sarapan apa ya, rotinya ada bermacam-macam (entah gandum atau apa lah), terus dagingnya juga macam-macam (sapi, ayam, tuna, kalkun, mungkin juga bab-1), saosnya juga ada kali 12 macam! Daripada ngomong susah-susah, langsung aja nunjuk nomor yang tertera di foto di atas konter! Kira-kira bunyinya: number two, please! Ini adalah langkah cerdik untuk makan di amrik: kalau bingung ngomongnya tunjuk aja gambarnya. Udah selesai? Belum, ternyata si negro nanya lagi: half or one? Apa lagi maksudnya? Lalu dia terangin kalo half itu panjangnya 7 inci, sedang yang one itu 12 inci. Ha? Makanan panjangnya 12 inci? Itu kan 30 cm! Gede amat? Memang gua tukang gali sumur! Singkat kata kita pesen yang separo. Saosnya kita juga gak ngerti, pokoknya main tunjuk aja, dagingnya jelas yang sapi! Pas udah mau bayar, si item nanya lagi: lays? Apa lagi maksudnya, udah laper, mau bayar, masih ditanya lagi! Terpaksa 'excuse me' lagi, dan dia lalu tunjuk-tunjuk. O alah, ternyata dia nunjukin apa mau beli keripik kentang lay's yang ada di deket cash register. Ternyata itulah krupuknya orang amrik! Jadi mereka makan sambil makan kripik kentang, kayak kita makan gado-gado sambil makan krupuk tersanjung!

Akhirnya perjuangan berat untuk sarapan akhirnya selesai, perut kenyang makan subs 7 inci pakai sapi dan saus tomat tanpa sambel, minum coke (ingat, bukan coca-cola!), terus kripik kentang. Sarapan yang aneh!

Stephanie lalu datang, langsung cari apartemen. Sambil tersenyum-senyum gak jelas (maklum, sayalah orang pertama dari klan kasiranan yang akan tinggal di apartemen!), saya udah bayangin: hem, apartemen, pastinya bagus lah minimal kayak Taman Rasuna atau Taman Anggrek! Pasti masuknya pakai kartu gesek, Satpam 24 jam, terus air dingin/panas, bath-tub, ruang keluarga yang luas dsb.)

Ternyata apartmen yang dituju deket banget, mungkin cuman 3 menit dari hotel. Bagitu masuk kompleksnya, yah ternyata begitu doang. Fisiknya mungkin seperti rumah susun Pulomas! Beberapa bangunan kotak tiga lantai, warna merah bata, lapangan parkir, pokoknya dari luar mah jelek banget, gak ada bagus-bagusnya. Hilang deh bayangan Taman Anggrek! Namanya Chapel Tower Apartment. Namanya sih keren, cuman gak nyambung karena baik chapelnya maupun towernya gak keliatan!

Tapi masih terbit setitik harapan, siapa tahu dalemnya bagus! Yang direkomen adalah two-bedroom (saya sama Komara). Adanya di lantai dua, kita gunakan tangga. Begitu masuk, ternyata kosong melompong! Bahkan lampu di langit-langit juga gak ada (rupanya inilah model Amerika: penyewa harus beli standing lampu sendiri!). Lantai karpet. Kursi tamu, meja makan, tempat tidur semuanya nihil. Yang ada adalah kitchen set, kulkas (yang surprise gede banget!) plus bak mandi.

Kayaknya pembagian kamarnya rada aneh. Apartment nya luasnya sekitar 60m2. Living room agak luas (mungkin 3x5m), kemudian dapur (isinya 2 kompor listrik, oven, kulkas segede gajah), satu kamar tanpa kamar mandi, satu kamar dengan setengah kamar mandi (cuman wastafel sama kloset doang tanpa bak mandi --memang buat orang bule yang jarang mandi, cuman gosok gigi doang), kemudian kamar mandi dengan bath-tub dan kloset. Udah itu doang. Istilahnya di sana adalah 2 bedroom apartment with 1.5 bathroom. Ada-ada aja! Uang sewanya $600 sebulan.

Setelah membayar uang jaminan plus tanda tangan perjanjian sewa apartemen yang panjang banget plus hurufnya kecil-kecil, mulailah kita ke kantor telepon dan PLN. Karena udah tau kalo bahasa inggris kita rada-rada nggak nyambung, si Stephanie yang daftarin semua. Hebat juga ni amrik: siang pesan telpon+listrik, sorenya langsung nyala! Mungkin kalo di Indonesia perlu waktu sebulan!

Habis itu langsung makan siang. O iya si Stephanie karena sibuk digantikan oleh temennya, namanya Jessica. Nah, si Jessica ini masih agak muda, berbadan cukup gemuk dengan muka merah. Dia bilang ayo deh kita makan siang. Dalam hati, wah lumayan nih ditraktir! Akhirnya dia membawa kita ke sebuah restoran. Di jalan, si Jessica bilang: kok kalian ini pendiam amat sih! Ya iyalah kita mau ngomong apa, wong baru kenal dan juga masih rada gagap! Saya pesen apalah namanya pokoknya main tunjuk aja, ternyata yang datang kentang goreng+salad+sapi+daging babi iris tipis-tipis! Waduh, terpaksa nyingkirin dulu irisan tipis-tipis tadi. Porsi makan siang gede banget, dan ajaibnya Jessica menghabiskannya. Saya aja separo gak habis! Pantesan orang bule gede-gede! Mana gelas coke-nya segede ember!

Pas makan selesai, waiter datang menghitung tagihan. Ternyata saudara-saudara, kita bukannya ditraktir, tapi mbayar sendiri-sendiri! Pantesan si waiter (orang item gede banget!) ngitungnya kok dipisah-pisah. Sebelum mbayar Jessica ngasih tau bahwa kita harus memberikan tip yang besarnya 10-15%. Terpaksa deh ngitung dulu berapa besarnya tip, terus ditambahin ke total di billnya. Repot ya, tiap makan mesti ngitung 10-15%nya. Jessica bilang memang adatnya begitu, kecuali makan di fastfood yang tanpa waiter. Pantesan tadi waiternya ramah banget!

Pelajaran hari ini:
- Yang namanya apartemen ternyata ya rumah susun biasa
- Kalau diajak makan orang bule, kemungkinan sangat besar ternyata BS-BS kecuali dia yang bilang mau bayarin
- Waktu bayar makanan di restoran harus menghitung dulu tips yang pantas. Mendingan di Indonesia, bill sudah termasuk service charge!

Sampai di Tanah Tujuan.. eh, Desa Tujuan

Kalau Anda ditanya, bagaimana mengucapkan 'Durham' dalam bahasa Inggris, bagaimana jawabannya? Apakah itu dur-hem (seperti kita bilang hem=baju), atau dur-ham (seperti bilang ham pada 'hamburger'? Itulah yang terjadi pada saya. Ternyata cara bacanya bukanlah kedua bunyi tersebut, melainkan durem (seperti orang bilang 'filem'). Jadi where are you going? Jawabnya: durem. Soalnya waktu di Chicago saya jawab 'dur-hem' mereka bingung. Setelah diterangkan bahwa saya akan ke Raleigh North Carolina (nama bandara), baru mereka bilang 'durem' tersebut. Hm, bahasa yang aneh!

Pokoknya sampailah kita di RDU (call-signnya airport Durham). Wah, agak dingin! Apakah perlu mengeluarkan sapu tangan kulit yang sudah disipkan sejak berbulan-bulan sebelum berangkat? kayaknya belum deh, masih bisa dihandel! Ternyata kita bertiga sudah dijemput oleh orang dari universitas (mengenai universitasnya akan dibahas nanti). Namanya Stephanie Alt-Lamm, cukup dipanggil Stephanie (tentu saja!). Setelah berbasa-basi di pintu keluar, dia bilang: Ok, tunggu sebentar, saya akan pull-over mobil saya dulu! Waduh, saya bingung. Terus terang saya gak ngerti apa itu pull-over! Nilai TOEFL sih boleh di atas 600, tapi kalo ngomong ya ntar dulu! Ternyata maksudnya adalah minggirin mobil! Asem!

Setelah mobilnya nongol, wah ternyata gede juga ya! Dia naik Dodge yang gede, kayaknya segede Kijang Kapsul di kita. Dengan PD-nya saya mau buka pintu penumpang di kiri. Oops! Ternyata di situ Stephanie duduk! Saya baru sadar bahwa di Amrik sini nyetirnya di kiri, penumpang di kanan. Tentu saja Stephanie terheran-heran, ngapain ini orang udik mau buka pintu sopir! Terpaksa semua dijelasin dulu.

Langsung check-in ke hotel. Namanya Brownstone, sebuah hotel bintang dua. Kami bertiga (yaitu 1 cewek (Lisa), temen saya (Komara) dan saya sendiri) biar ngirit hanya nyewa satu kamar. Wong cuman semalem ini (besoknya langsung cari apartemen). Ternyata di hotel juga gak ada porter sodara-sodara! Seperti halnya di Airport, kita harus nggotong koper segede kulkas enam pintu ke kamar di lantai 4! Demi melihat koper segede gambreng itu, Stephanie sampai heran, kok koper gede amat!

Malam sudah pukul 23 waktu setempat. Langsung tidur sambil bayangin apa yang akan terjadi besok.

16 Maret, 2008

Jadi deh, saya berangkat!

Setelah melalui proses berliku yang tidak penting untuk ditampilkan di sini, akhirnya hari yang ditunggu pun tiba. Saya berangkat!

Tentu saja yang mengiringi kepergian saya banyak banget! Gimana gak banyak, sayalah orang pertama se-kasiranan (mbah Kasiran adalah kakek saya yang saya sendiri lupa-lupa ingat, maklum beliau wassalam waktu saya masih kecil banget! ) yang akan pergi ke LN sekolah secara gratis! Kalo gak asalah ada sekitar 3 mobil yang mengantar saya! Sebenernya ya agak malu juga, tapi ya bagaimana lagi (bahkan 2 ponakan saya yang masih SD bela-belain gak masuk sekolah dengan alasan 'mau ngantar om-nya pergi sekolah ke amerika'). belum lagi istri (lagi hamil 2 bulan), bapak, ibu, mertua, saudara-saudara, banyak deh! di terminal keberangkatan, ketemu dua temen yang juga berangkat ke sana yang ternyata juga dianter banyak sodara mereka!

Tujuan perjalanan: durham, north carolina. Rute: jakarta-singapura-chicago-durham. Waktu chek-in, minta 2 bagasi yang segede gaban langsung di tujuan akhir (durham), tapi ditolak oleh mbak di garuda, bolehnya di chicago (ternyata mbaknya salah: harusnya bisa langsung durham--yang mengakibatkan perjalanan jadi gak lancar, nanti dibahas di bawah).

Istirahat di singapura. Pura-puranya malemnya ke orchard road, karena baru besoknya ke chicago. Itulah kali pertama saya menggunakan bahasa inggris bukan dalam kapasitas belajar! nanya "ak"-"uk" (masih rada belepotan) ke sopir taxi, malah dia jawab pakai bahasa melayu! Terpaksa ngobrolnya dilanjutin pake bahasa indonesa saja! lebih gampang! jadi praktekin bahasa inggrisnya kapan-kapan aja!

Terbang ke chicago (saya lupa maskapainya, mungkin united airline), wah mulai banyak bule nih! tapi ya masih dieeem aja, wong ini baru pertama naik pesawat ke LN! sambil rada-rada tegang, clingukan. walah, ternyata kelas ekonomi kursinya sempit gitu ya! hampir mirip dengan kursi bis patas 21 jurusan blok M-ciputat jaman kuliah dulu! padahal kan terbang jauh, mungkin sekitar 11 jam! dijamin pegel!

Nah, kesempatan ngomong inggris tiba! Waktu pramugarinya nanyain minum apa sebagai pembuka, dengan pedenya saya bilang: coca-cola, please.. ( maklum mau ke amrik je!!). Gak mungkin dia akan salah tangkap. Ternyata dia ngerti. Waktu ngasih, dia bilang: your coke, sir! Baru saya tahu bahwa coca-cola itu panggilannya 'coke'. ternyata di amrik gak dikenal panggilan coca-cola, adanya ya si coke itu! Makanan juga sudah mulai berbau bule: sandwich, alias roti ditambah macam-macam bahan lalu ditumpuk! jadi: goodbye nasi, goodbye rendang, soto purnawarman, gudeg dsb!

Mendarat di bandara o'hare, chicago. Hore: saya sudah di amrik! Waduh! ternyata orang-orang bule segede-gede gambreng gitu! Gak polisi, gak petugas imigrasi, gak putih gak item, ternyata memang guede-guede banget! belum lagi anjingnya yang menjaga barisa antrian! Galak, bok! Mereka (maksudnya yang manusia) tingginya mungkin paling pendek 180cm-an. Lah, saya yang cuman 170cm yan jadi kecil banget! Mereka teriak ke sana ke sini mengatur antrean. Berhubung visa saya pelajar, ya lepas dari imigrasi ya gampang aja.

Nah, habis dari pintu imigrasi ini lah masalahnya. Berhubung mbak dari garuda memberi tiket bagasi hanya sampai chicago, maka kita harus ambil barangnya dulu. Penerbangan lanjutan ke Durham harus pindah terminal! Nah, berhubung bandara Chicago ini gedenya naudzubilah syaiton, terpaksa saya menggeret dua koper yang besar banget plus satu travel bag yang ditenteng. Terus naik kereta ke terminal lanjutan. Masyaallah! Pegel semua. Mana di Amrik sini gak ada 'mas-mas' yang bisa disuruh lagi! Kalo di Indonesia pasti udah dikrubutin!

Akhirnya sampai juga ke terminal keberangkatan, tapi ternyata pesawat yang dimaksud sudah cabut. Terpaksa nungguin pesawat berikut! Yah, lumayan sambil lirik-lirik dan mikir: o, ini ya yang namanya amrik!

Kesan pertama tentang amrik? Hem, orangnya gede-gede! terus, cuaca agak dingin, karena sudah habis summer-nya! Terus lagi, anak-anak kecil ngomong inggrisnya udah jago-jago! bahkan nangispun pake bahasa inggris! Hee he..

Apakah kami sampai tujuan dengan selamat? Kita tunggu kisah berikut!

Tanggal-tanggal Penting

Setidak-tidaknya ada empat tanggal penting menyangkut perkuliahan di Amrik sini: tanggal pengumuman diterima, tanggal berangkat, dan tanggal pulang. Eh, salah. Berarti ada tiga tanggal!

Baiklah mungkin perlu dikemukakan background information-nya: Saya adalah seorang pegawai negeri di Departemen Keuangan. Tepatnya di Direktorat Jenderal Pajak. Kebetulan, atau enaknya, di DepKeu ini ada banyak kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke mancanegara (salah satu rahasia kecil saya kenapa saya masuk STAN: karena waktu kelas dua SMA saya mendengar dari sorang sepupu saya bahwa lulusan STAN bisa mendapatkan kesempatan belajar di luneg secara gratis--sebuah kenyataan yang terbukti 15 tahun kemudian (kelas 2 tahun 1986 dikurangi tahun berangkat 2001)). Nah, keberangkatan saya adalah lewat jalur BPPK (Badan Pendidikan den Pelatihan Keuangan) yang mendapat 'bantuan' (alias utang) dari ADB. Nah, yang menentukan ikut nggaknya ya si BPPK itu. Tanggalnya lupa tapi pokoknya terjadi sekitar tiga hari sebelum saya diunduh mantu (nah, tanggal marriednya saya ya tentu saya inget, yaitu 1 Agustus 2000). Jadi pas saya mau pulang ke Jawa untuk diunduh mantu itulah saya dapat pengumuman bahwa saya lulus! Jadi siangnya saya disalamin ratusan orang, sorenya langsung ke bandara dan malamnya langsung masuk asrama buat pre-daperture training! Itulah tanggal penting pertama!

Nah, tanggal yang kedua, saya inget bener, yaitu tanggal keberangkatan ke amrik, 16 Agustus 2001. Kenapa inget, ya karena besoknya tanggal 17 Agustus!

Tanggal terakhir, ya tentu saja tanggal pulangnya. Tepatnya adalah 13 Mei 2003. Saya inget bener: 2 hari setelah wisuda. Berangkat berdua, pulang bertiga karena adanya si junior yang mbrojol di sana!

Nah, yang penting adalah yang terjadi antara tanggal 16 Agustus itu dengan 13 Mei. Apakah benar salju itu bagus? Apakah bener orang item itu sangar-sangar? Bagaimana pula punya anak yang lahir di sana? Apakah sekolah di amrik itu susah? Ikuti terus postingan saya berikutnya!