08 April, 2008

Sumpah Mati Saya Nggak Nonton Film Porno!

Pertanyaan paling hot mengenai amrik: di sana banyak film porno ya? Memang pertanyaan yang sangat basic instinct banget!

Diam-diam, saya juga punya pertanyaan yang sama waktu datang: seberapa pornokah amrik ini? Pertama-tama, jelas lihat ke tv. Setelah tv kabel dilangganin, langsung surf ke channel yang jumlahnya lebih dari 100 itu. Sampai tangan pegel mencetin remote, ternyata dari sekian banyak itu gak ada yang berbau-bau porno! Setelah melihat brosur tv kabel, keliatan bahwa ternyata ada dua saluran adults only, salah satunya adalah playboyTV. Nah, pasti yang ini nih! Ternyata saluaran itu tidak digabung dengan berlangganan tv biasa yang per bulan $26 dolar itu. Mesti bayar lebih dan dihitung jam-jaman nontonnya (istilahnya pay-per-view). Satu jamnya kalo gak salah $ 14. Wah, mahal, gak jadi deh. Daripada buang-buang duit buat maksiat ya mendingan buat makan.

Objek hunting berikutnya: toko buku, tepatnya toko majalah. Nah, di negara bagian North Carolina rupanya ada aturan bahwa majalah-majalah 'gituan' harus disimpan di tempat yang tinggi biar gak bisa dilihat anak-anak. Jenis majalahnya sih banyak, dengan yang terkenal misalnya Playboy atau Penthouse. Mungkin ada sekitar 10 judul, yang saya juga gak hapal. Dalam hati penasaran juga mau beli, cuman kok ngambil sendiri gak bisa, karena letaknya di rak tertinggi. Mau minta bantuan mas-mas penjaga toko, malu juga, ntar dibilangin: ini orang undik mau ngapain sih beli-beli majalah ginian? Harganya sih sebenarnya gak mahal-mahal amat, paling-paling antara $2,99 sampai $4,99. Di negara bagian lain mungkin menjualnya lebih bebas, misalnya ada di pom-pom bensin. Berani sumpah, sampai pulang pun saya belum pernah beli majalah ginian!

Ok, tv gagal, toko buku malu. Eits, ada lagi sebuah toko yang terletak menyendiri di deket rel kereta dengan bangunan bercat merah, judulnya "Adults Only". Nah, itu dia. La ya jelas saya tambah gak berani masuk ke sana. Kalau diliat orang: apa kata dunia?. Alhasil sampai saya pulang ke Indonesia, saya gak jelas apa yang dijual di toko "adults only" tersebut: apakah film porno, alat bantu seks (hii!!), atau mungkin ada pertunjukan striptease?

Setelah cari informasi tanya sana-sini, memang di negara liberal ini semuanya boleh, termasuk buat berbisnis saru ini. Misalnya bikin film porno, jual majalah esek-esek, pabrik sex toys, atau nari telanjang, dsb yang gak jauh dari urusan syahwat. Yang penting, tidak menyalahi aturan, misalnya: bintang film porno harus di atas 21 tahun (mau jungkir balik beradegan panas bagaimanapun boleh asal sudah dewasa); film porno harus dilabelin 'adults only' dan yang nonton harus nunjukin KTP, majalah juga dijual untuk orang di atas 18 tahun; toko "adults only" tadi juga harus jelas di mana bisa didirikan dsb. Yang melanggar akan kena hukuman berat.

Ternyata juga nilai bisnis industri ini lumayan besar juga. Menurut koran New York Times, perputaran uang di bisnis esek-esek ini setahun besarnya $14 milyar (atau sekitar 130 trilyun rupiah per tahun). Perkiraan lain menurut NBC sekitar $12 milyar. Ada juga majalah Forbes yang memprediksi lebih kecil yaitu antara $2,6 milyar-3,96 milyar. Angka pastinya belum tahu wong memang bisnisnya serba remang-remang.

Mungkin slogannya: biar saru yang penting industrinya maju!

Tidak ada komentar: