17 Maret, 2008

Tinggal di Apartemen?..Wow (belum tentu) Kereenn!!!

Acara apa yang paling penting sebelum mulai kuliah? Tentu saja mencari kos-kosan kalo di Indonesia. Kalau di amrik sini? Tentu saja apartmen! Apartemen mahasiswa kayak apa kalo di Amrik? Apa seperti Pakubuwono Residence? Apa Taman Rasuna atau Taman Anggrek? Atau jangan-jangan seperti Rusun Penjernihan!

Begitulah, setelah kurang bisa tidur dengan baik, maklum jetlag plus badan pegel habis jadi kuli angkut, akhirnya pagi-pagi nyari sarapan. Di hotel? Tentu tidak, karena kita nginep di hotel paket hemat, ya gak ada sarapan! Terpaksa kita celingak-celinguk sambil mikir, apa ya sarapan orang amrik sini? Apa mereka makan kentang, apa roti, atau jangan-jangan nasi goreng! Setelah kita keluar dari hotel, nah, itu dia keliatan warung subway di sebelah hotel. Hm, pagi-pagi makan apa ya enaknya?

Begitu masuk, langsung kaget! Yang jaga warung orang item, gede banget, sangar lagi! Rambutnya dikepang kecil-kecil, badannya tinggi besar, pake kalung gitu! Dengan sedikit dorong-dorongan (maklum kita bertiga gak ada yang berani terdepan), akhirnya sampe juga di konter. Terus si item nanya yang gak jelas kira-kira bunyinya "hiieootugooo". Ini maksudnya apaan sih? Terpaksa jurus andalan dikeluarkan. Saya jawab (sebenarnya bukan njawab, tapi malah nanya): excuse, me? Si negro lalu ngejawab dengan slowly dan agak keras: "here or to go?". Nah, baru ngerti, ngomong dong dari tadi? Ternyata maksudnya mau makan sini apa dibungkus! Sekali lagi, TOEFL yang sekian ratus tadi gak ada gunanya! Soalnya di pelajaran bahasa inggris adanya bukan "here or to go" tapi "dine-in or take-out"!

Terus mau sarapan apa ya, rotinya ada bermacam-macam (entah gandum atau apa lah), terus dagingnya juga macam-macam (sapi, ayam, tuna, kalkun, mungkin juga bab-1), saosnya juga ada kali 12 macam! Daripada ngomong susah-susah, langsung aja nunjuk nomor yang tertera di foto di atas konter! Kira-kira bunyinya: number two, please! Ini adalah langkah cerdik untuk makan di amrik: kalau bingung ngomongnya tunjuk aja gambarnya. Udah selesai? Belum, ternyata si negro nanya lagi: half or one? Apa lagi maksudnya? Lalu dia terangin kalo half itu panjangnya 7 inci, sedang yang one itu 12 inci. Ha? Makanan panjangnya 12 inci? Itu kan 30 cm! Gede amat? Memang gua tukang gali sumur! Singkat kata kita pesen yang separo. Saosnya kita juga gak ngerti, pokoknya main tunjuk aja, dagingnya jelas yang sapi! Pas udah mau bayar, si item nanya lagi: lays? Apa lagi maksudnya, udah laper, mau bayar, masih ditanya lagi! Terpaksa 'excuse me' lagi, dan dia lalu tunjuk-tunjuk. O alah, ternyata dia nunjukin apa mau beli keripik kentang lay's yang ada di deket cash register. Ternyata itulah krupuknya orang amrik! Jadi mereka makan sambil makan kripik kentang, kayak kita makan gado-gado sambil makan krupuk tersanjung!

Akhirnya perjuangan berat untuk sarapan akhirnya selesai, perut kenyang makan subs 7 inci pakai sapi dan saus tomat tanpa sambel, minum coke (ingat, bukan coca-cola!), terus kripik kentang. Sarapan yang aneh!

Stephanie lalu datang, langsung cari apartemen. Sambil tersenyum-senyum gak jelas (maklum, sayalah orang pertama dari klan kasiranan yang akan tinggal di apartemen!), saya udah bayangin: hem, apartemen, pastinya bagus lah minimal kayak Taman Rasuna atau Taman Anggrek! Pasti masuknya pakai kartu gesek, Satpam 24 jam, terus air dingin/panas, bath-tub, ruang keluarga yang luas dsb.)

Ternyata apartmen yang dituju deket banget, mungkin cuman 3 menit dari hotel. Bagitu masuk kompleksnya, yah ternyata begitu doang. Fisiknya mungkin seperti rumah susun Pulomas! Beberapa bangunan kotak tiga lantai, warna merah bata, lapangan parkir, pokoknya dari luar mah jelek banget, gak ada bagus-bagusnya. Hilang deh bayangan Taman Anggrek! Namanya Chapel Tower Apartment. Namanya sih keren, cuman gak nyambung karena baik chapelnya maupun towernya gak keliatan!

Tapi masih terbit setitik harapan, siapa tahu dalemnya bagus! Yang direkomen adalah two-bedroom (saya sama Komara). Adanya di lantai dua, kita gunakan tangga. Begitu masuk, ternyata kosong melompong! Bahkan lampu di langit-langit juga gak ada (rupanya inilah model Amerika: penyewa harus beli standing lampu sendiri!). Lantai karpet. Kursi tamu, meja makan, tempat tidur semuanya nihil. Yang ada adalah kitchen set, kulkas (yang surprise gede banget!) plus bak mandi.

Kayaknya pembagian kamarnya rada aneh. Apartment nya luasnya sekitar 60m2. Living room agak luas (mungkin 3x5m), kemudian dapur (isinya 2 kompor listrik, oven, kulkas segede gajah), satu kamar tanpa kamar mandi, satu kamar dengan setengah kamar mandi (cuman wastafel sama kloset doang tanpa bak mandi --memang buat orang bule yang jarang mandi, cuman gosok gigi doang), kemudian kamar mandi dengan bath-tub dan kloset. Udah itu doang. Istilahnya di sana adalah 2 bedroom apartment with 1.5 bathroom. Ada-ada aja! Uang sewanya $600 sebulan.

Setelah membayar uang jaminan plus tanda tangan perjanjian sewa apartemen yang panjang banget plus hurufnya kecil-kecil, mulailah kita ke kantor telepon dan PLN. Karena udah tau kalo bahasa inggris kita rada-rada nggak nyambung, si Stephanie yang daftarin semua. Hebat juga ni amrik: siang pesan telpon+listrik, sorenya langsung nyala! Mungkin kalo di Indonesia perlu waktu sebulan!

Habis itu langsung makan siang. O iya si Stephanie karena sibuk digantikan oleh temennya, namanya Jessica. Nah, si Jessica ini masih agak muda, berbadan cukup gemuk dengan muka merah. Dia bilang ayo deh kita makan siang. Dalam hati, wah lumayan nih ditraktir! Akhirnya dia membawa kita ke sebuah restoran. Di jalan, si Jessica bilang: kok kalian ini pendiam amat sih! Ya iyalah kita mau ngomong apa, wong baru kenal dan juga masih rada gagap! Saya pesen apalah namanya pokoknya main tunjuk aja, ternyata yang datang kentang goreng+salad+sapi+daging babi iris tipis-tipis! Waduh, terpaksa nyingkirin dulu irisan tipis-tipis tadi. Porsi makan siang gede banget, dan ajaibnya Jessica menghabiskannya. Saya aja separo gak habis! Pantesan orang bule gede-gede! Mana gelas coke-nya segede ember!

Pas makan selesai, waiter datang menghitung tagihan. Ternyata saudara-saudara, kita bukannya ditraktir, tapi mbayar sendiri-sendiri! Pantesan si waiter (orang item gede banget!) ngitungnya kok dipisah-pisah. Sebelum mbayar Jessica ngasih tau bahwa kita harus memberikan tip yang besarnya 10-15%. Terpaksa deh ngitung dulu berapa besarnya tip, terus ditambahin ke total di billnya. Repot ya, tiap makan mesti ngitung 10-15%nya. Jessica bilang memang adatnya begitu, kecuali makan di fastfood yang tanpa waiter. Pantesan tadi waiternya ramah banget!

Pelajaran hari ini:
- Yang namanya apartemen ternyata ya rumah susun biasa
- Kalau diajak makan orang bule, kemungkinan sangat besar ternyata BS-BS kecuali dia yang bilang mau bayarin
- Waktu bayar makanan di restoran harus menghitung dulu tips yang pantas. Mendingan di Indonesia, bill sudah termasuk service charge!

Tidak ada komentar: