23 Maret, 2008

"Ngomonglah, Maka Kamu Ada"

Seorang filsuf Prancis, Rene Descartes, berkata "saya berpikir, maka saya ada". Itu adalah ungkapan filsuf jaman dulu yang tentunya tidak pernah berhenti berfikir (mungkin karena orang jaman dulu kurang hiburan?). Nah, kalau hidup jaman sekarang, apalagi di amrik, yang berlaku adalah: kamu ngomong, maka kamu ada!

Inilah yang paling membuat saya kaget di hari pertama kuliah: begitu banyak orang yang ngomong, padahal itu di jam pertama, hari pertama kuliah! Ceritanya, kuliah pertama hari itu kalo gak salah mata kuliah "Strategic Change" (btw, judul mata kuliah yang aneh!). Dosennya namanya Jerry vanSant (turunan Belanda, mungkin saudara jauh Ruud vanNistelrooy atau Marco vanBasten!). Begitu dia ber-selamat pagi dan memperkenalkan diri sekaligus juga menanyakan asal-usul muridnya, dia mengajukan satu pertanyaan (saya lupa pertanyaannya apa), langsung deh para mahasiswa saling ngomong silih berganti. Si A ngomong begini, disambung lagi sama si B, terus C, balik lagi ke dosennya, balik lagi ke X, Z dst. Lha tentu saja saya syok. Waduh, kuliah kok kayak gini, maklum terbiasa pepatah 'diam itu emas'. Lagipula dalam hati mikir: lha saya ini ke sini mau belajar, bukan mau ngomongin pendapat saya!

Nah, karena rada takjub begitu ya saya dieemm aja. Mungkin aneh karena melihat si mahasiswa dari Indonesia ini bengong aja, mulailah dia mancing: kalo di Indonesia gimana? Nah, kalo udah begini ya terpaksa buka mulut sambil banyak 'eng...eng..', maklumlah belum lancar ngomongnya, meneer! Begitulah kira-kira, tiap ada kelas, minimal harus satu kali ngomong! Soalnya kalo gak buka mulut ya keliatan, wong paling jumlah muridnya maksimal 20!

Rupanya memang begitulah cara orang amrik sekolah. Mereka dididik untuk banyak ngomong. Waktu masih TK aja mereka dari kecil sudah diajarin 'show and tell'. Kurang lebih artinya adalah si anak TK disuruh maju sambil membawa barang favorit mereka (misalnya boneka beruang), kemudian meraka suruh menceritakan segala hal yang menyangkut si beruang itu, misalnya namanya siapa, siapa yang beliin, mengapa jadi favorit, dsb. Dengan cara ini mereka akan terbiasa berbicara di depan umum. Ruang kelas pun diatur agar setiap orang leluasa ngomong. Bahkan berdebat pun diajarkan sejak kecil, sehingga tidak heran kalo ada lomba debat pelajar tingkat nasional!

Mereka pun konsekuen dalam hal ini. Karena berbicara adalah bagian penting dari pendidikan, maka pertisipasi di kelas pun mendapat porsi yang besar dalam nilai akademis mereka. Orang yang sedikit ngomong, dianggap gak becus. Contohnya saya pernah ngambil mata kuliah 'Financial Crisis', tugas akhirnya berupa paper. Lha waktu itu Indonesia kan habis kena krismon, ya perasaan saya udah nulis paper yang top. Eh, begitu nilai keluar, saya dapat nilai yang tidak sesuai harapan saya. Terang aja saya agak protes ke pak dosen, kenapa cuman dapat nilai segitu. Dia cuman beri penjelasan pendek: habis, di kelas kamu diam aja, yah terpaksa nilamu cuma segitu. Waduh!

Ada seorang dosen yang panggilannya Fritz. Dia ini paling getol sama diskuis kelas, sehingga sepanjang kuliah isinya diskusiii.. melulu (kalau anak Jakarta pasti udah bilang: cape deeh). Mungkin dia sendiri ngomongnya cuman seperempat jam dari total jam kuliah.Lainnya ya para mahasiswa yang ngomong (tentunya setelah berbekal diri dengan bacaan yang banyak banget!). Untung saya tidak mengambil kelas dia! Favorit saya adalah dosen yang gak banyak tanya, langsung nerangin mata kuliahnya. Jadi kita banyakin dengerinnya dibanding ngomongnya! Sayangnya dosen yang begini jarang-jarang!

Memang lain ladang lain belalang!

Tidak ada komentar: