27 Maret, 2008

Orang yang Selalu Menahan Pintu

Kalau kebetulan Anda berjalan tepat di belakang orang amrik, tidak peduli apakah itu orang kulit hitam ataupun putih, dan di depan ada pintu--apakah itu pintu biasa yang mengayun ke samping maupun pintu koboi yang mengayun ke kanan dan ke kiri-- orang yang di depan Anda tadi sesudah mendorong pintu dan melangkah ke dalam, bisa dipastikan akan menahan daun pintu, agar waktu mengayun balik pintu tersebut tidak akan mengenai Anda yang masuk berikutnya. Dengan kata lain, ia pasti akan menahan daun pintu tersebut tetap terbuka waktu Anda masuk.

Siapa bilang orang amrik cuek-cuek?

23 Maret, 2008

"Ngomonglah, Maka Kamu Ada"

Seorang filsuf Prancis, Rene Descartes, berkata "saya berpikir, maka saya ada". Itu adalah ungkapan filsuf jaman dulu yang tentunya tidak pernah berhenti berfikir (mungkin karena orang jaman dulu kurang hiburan?). Nah, kalau hidup jaman sekarang, apalagi di amrik, yang berlaku adalah: kamu ngomong, maka kamu ada!

Inilah yang paling membuat saya kaget di hari pertama kuliah: begitu banyak orang yang ngomong, padahal itu di jam pertama, hari pertama kuliah! Ceritanya, kuliah pertama hari itu kalo gak salah mata kuliah "Strategic Change" (btw, judul mata kuliah yang aneh!). Dosennya namanya Jerry vanSant (turunan Belanda, mungkin saudara jauh Ruud vanNistelrooy atau Marco vanBasten!). Begitu dia ber-selamat pagi dan memperkenalkan diri sekaligus juga menanyakan asal-usul muridnya, dia mengajukan satu pertanyaan (saya lupa pertanyaannya apa), langsung deh para mahasiswa saling ngomong silih berganti. Si A ngomong begini, disambung lagi sama si B, terus C, balik lagi ke dosennya, balik lagi ke X, Z dst. Lha tentu saja saya syok. Waduh, kuliah kok kayak gini, maklum terbiasa pepatah 'diam itu emas'. Lagipula dalam hati mikir: lha saya ini ke sini mau belajar, bukan mau ngomongin pendapat saya!

Nah, karena rada takjub begitu ya saya dieemm aja. Mungkin aneh karena melihat si mahasiswa dari Indonesia ini bengong aja, mulailah dia mancing: kalo di Indonesia gimana? Nah, kalo udah begini ya terpaksa buka mulut sambil banyak 'eng...eng..', maklumlah belum lancar ngomongnya, meneer! Begitulah kira-kira, tiap ada kelas, minimal harus satu kali ngomong! Soalnya kalo gak buka mulut ya keliatan, wong paling jumlah muridnya maksimal 20!

Rupanya memang begitulah cara orang amrik sekolah. Mereka dididik untuk banyak ngomong. Waktu masih TK aja mereka dari kecil sudah diajarin 'show and tell'. Kurang lebih artinya adalah si anak TK disuruh maju sambil membawa barang favorit mereka (misalnya boneka beruang), kemudian meraka suruh menceritakan segala hal yang menyangkut si beruang itu, misalnya namanya siapa, siapa yang beliin, mengapa jadi favorit, dsb. Dengan cara ini mereka akan terbiasa berbicara di depan umum. Ruang kelas pun diatur agar setiap orang leluasa ngomong. Bahkan berdebat pun diajarkan sejak kecil, sehingga tidak heran kalo ada lomba debat pelajar tingkat nasional!

Mereka pun konsekuen dalam hal ini. Karena berbicara adalah bagian penting dari pendidikan, maka pertisipasi di kelas pun mendapat porsi yang besar dalam nilai akademis mereka. Orang yang sedikit ngomong, dianggap gak becus. Contohnya saya pernah ngambil mata kuliah 'Financial Crisis', tugas akhirnya berupa paper. Lha waktu itu Indonesia kan habis kena krismon, ya perasaan saya udah nulis paper yang top. Eh, begitu nilai keluar, saya dapat nilai yang tidak sesuai harapan saya. Terang aja saya agak protes ke pak dosen, kenapa cuman dapat nilai segitu. Dia cuman beri penjelasan pendek: habis, di kelas kamu diam aja, yah terpaksa nilamu cuma segitu. Waduh!

Ada seorang dosen yang panggilannya Fritz. Dia ini paling getol sama diskuis kelas, sehingga sepanjang kuliah isinya diskusiii.. melulu (kalau anak Jakarta pasti udah bilang: cape deeh). Mungkin dia sendiri ngomongnya cuman seperempat jam dari total jam kuliah.Lainnya ya para mahasiswa yang ngomong (tentunya setelah berbekal diri dengan bacaan yang banyak banget!). Untung saya tidak mengambil kelas dia! Favorit saya adalah dosen yang gak banyak tanya, langsung nerangin mata kuliahnya. Jadi kita banyakin dengerinnya dibanding ngomongnya! Sayangnya dosen yang begini jarang-jarang!

Memang lain ladang lain belalang!

19 Maret, 2008

Posisi Menentukan Prestasi? -- Belum tentu!

Kata mutiara apakah yang paling terkenal semasa Anda kuliah? Mungkin berbeda dengan Anda, tapi waktu jaman saya kuliah dulu, yang paling terkenal adalah: posisi menentukan prestasi. Artinya pasti semuanya tahu: posisi duduk Anda waktu ujian akan menentukan besarnya nilai yang Anda dapat! Apakah paling depan, ataukah deket rekan Anda yang jago, atau baris paling belakang sehingga luput dari pengamatan dosen, itulah determinan nilai Anda!

Apakah hal tersebut berlaku di amrik? Sebelum dijawab, mungkin ada baiknya Anda lihat gambar suasana kuliah di samping ini. Suatu hal yang sangat membedakan kuliah di kita dengan di amrik adalah lay-out ruangannya. Lay-out yang begini bukan hanya terdapat di jenjang S2 saja, melainkan di tingkat S1 (kebetulan saya mengambil beberapa mata kuliah S1 di sana). Nah, model kuliahnya adalah: Anda diberikan bahan-bahan kuliah sebelum kuliah dimulai, baik melalui jalur internet maupun jalur fotokopi. Jadi misalnya besok membahas mata kuliah mengenai IMF misalnya, bacaan yang harus Anda baca ya berkisar mengenai IMF, sebanyak 3-4 artikel.

Nah, waktu kuliah dimulai, si dosen mengajukan pertanyaan, dan mulailah para muridnya menjawab berdasar bacaan yang sudah dibagi atau juga berdasar pengetahuan lain. Nah, bayangin kalau Anda belum membaca sebelumnya! Dijamin keringat dingin! Juga, penilaian dosen bukan hanya pada tes akhir, tapi juga sebagian besar malah dari partisipasi kelas. Jadi siap gak siap Anda harus berani ngomong di kelas! Kalau diem ada di pojokan, ya jelas keliatan sama dosennya, wong sekelas muridnya paling banter 20!

Seperti disebutkan tadi, salah satu unsur nilai adalah partisipasi kelas. Unsur yang lain adalah biasanya presentasi kelompok, makalah akhir, dan ujian akhir (bahkan kadang-kadang gak ada ujian akhirnya, hanya paper aja!). Biasanya di Duke, hari Jumat libur, kuliah hanya sampai Kamis aja. Bukannya supaya muridnya Jumatan, melainkan hari Jumat adalah hari kelompok. Artinya pada hari itu kita membahas tugas kelompok, membuat paper atau bahan presentasi power point. Juga membuat paper perseorangan.

Mengenai partisipasi kelas ini kadang-kadang ngeselin juga. Katakanlah kita mempunyai pendapat tertentu, tapi kadang-kadang mau ngomong, mikir bahasa inggrisnya kelamaan, atau ngomong tapi malah berhenti di jalan kehilangan kata-kata bahasa inggris! Kalau sudah begini ya keluar keringat dingin (walaupun lagi winter!). Yang ngeselin juga, kita udah ngomong panjang dengan penuh perjuangan, eh.. di akhir kalimat, dosen atau mahasiswa gak paham apa yang kita omongin gara-gara pronunciation yang njawani! Terpaksa keringat dingin lagi!

Yang bikin gondok, sebenernya orang yang banyak ngomong itu juga ide-idenya biasa aja (dalam hati: saya juga tahu!), tapi berhubung inggrisnya jago, ya dosennya seneng aja, yang penting mahasiswa aktif!

Kalau lagi males, saya kadang-kadang pake taktik wagu: ngomong duluan sebelum yang lain. Jadi si dosen akan merasa: o, ini anak berarti udah baca bahan yang diberikan! Habis itu sepanjang kuliah ya diem aja, yang penting tadi udah pernah ngomong!

Masalah yang lain adalah paper. Dalam banyak hal, ujian akhir tidak ada, hanya kita disuruh bikin paper 10-15 halaman. Jumlah halaman sih dikit, tapi risetnya itu lo, harus cari bahan ke perpus, minimal 5-10 buku supaya berbobot!

Kalau begini memang paling enak kuliah di Indonesia. Sepanjang kuliah berlangsung, boleh diem aja. Nanti tinggal belajar waktu mau ujian tertulis di akhir semester. Kalaupun belajar gak siap, ya kita pilih posisi terbagus waktu ujian, kan prestasi ditentukan oleh dengan siapa kita duduk waktu ujian...

18 Maret, 2008

Kesan Pertama Begitu Menggoda...

Setelah masalah akomodasi selesai, sampailah kita ke pokok masalah: Hari pertama di sekolah!

Rasanya persis kayak mau masuk sekolah baru. Inget waktu kita mau masuk SD? Gedung sekolah baru, temen baru, temen sebangku yang sebelumnya gak kenal, terus guru-gurunya...
Nah, walaupun umur sudah 30tahun+ percayalah rasanya masih tetap sama: agak grogi-grogi dikit, sedikit pucat+agak kedinginan karena sudah masuk musim gugur.

Setelah naik jemputan yang gratis dari apartemen (akhirnya ada juga sisi baiknya apartemen sederhana sehat ini--baca postingan di bawah), sampailah saya di gedung kuliahnya. Sekedar background information: Saya kuliah di Duke University, fakultasnya namanya Terry Sanford Institute of Public Policy, jurusannya Program in International Development Policy (PIDP). Kesan pertama gedungnya cukup cantik dengan gaya yang belakangan saya tahu namanya gaya gothic. Walaupun ini bangunan baru tapi gayanya disesuaikan dengan gaya secara umum di Duke, yaitu gothic (bahkan Duke sering secara narsis disebut para penghuninya sebagai gothic wonderland).

Setelah lirik sana lirik sini ternyata semua bangunan bergaya sama. Di waktu kosong saya sengaja berkeliling ke kampus yang luasnya nauzubillahimindalik! Kampus terbagi dua yaitu West Campus (untuk S2 dst) dan East Campus (untuk S1). Bahkan saking besarnya, untuk pergi ke east campus, harus naik bis kompleks.

Belakangan saya baru mengetahui bahwa memang kampus di amrik sini besar-besar, apalagi kampus yang sudah tua macam Duke, Harvard, MIT. Besar bukan hanya karena jurusannya banyak, tapi juga karena universitas harus membangun asrama (dormitory, disingkat dorm) baik untuk S1 (terutama), maupun S2.

Perihal fakultas pun rupanya beda sistem sama di kita. Mereka menyebutnya school of .. atau institute..., dan bukan menyebut faculty. Jadi kalau fakultas kedokteran disebutnya medical school, terus ada juga school of environmental study dsb. Juga kadang kala disertai nama orang tertentu sebagai pendiri atau sebagai orang yang dihormati. Misalnya di Duke ada Terry Sanford Institute of Public Policy (artinya fakultas ini digagas oleh pak Sanford--entah dia ini siapa). Kemudian ada lagi Fuqua School of Business, ini artinya jurusan MBA didirikan oleh Pak Fuqua ini. Di Harvard ada John F Kennedy School of Government, berarti ini adalah sekolah jurusan pemerintah di Harvard yang didirikan untuk menghormati JFK. Bahkan kadang-kadang nama fakultasnya lebih terkenal daripada nama universitasnya, misalnya Wharton Business School lebih terkenal dibanding universitas yang menaunginya yaitu Pennsylvania University!

Anda harus hati-hati menyebut kata faculty, karena di sini berarti adalah dosennya atau profesornya. Kalau Anda melihat faculty di suatu jurusan di universitas di amrik, itu bukanlah daftar fakultas yang ada melainkan daftar dosennya!

Kembali ke sekolah, hari pertama memang belum mulai kuliah karena empat hari pertama adalah orientasi. Untunglah perploncoan di sini gak seperti di Indonesia yang sebenarnya merupakan pelecehan harkat kemanusiaan. Orientasi di sini berarti pengenalan teman-teman baru, sistem komputerisasi di sekolah, lokasi-lokasi penting seperti perpus dsb, pengenalan dosen, mata kuliah dsb.

Ternyata orientasi yang model begini juga diterapkan untuk mahasiswa S1. Di sini gak ada yang namanya mahasiswa cukur gundul atau mahasiswi disuruh kepang seribu tanpa tujuan yang jelas plus dibentak-bentak. Orientasi S1 malah dimulai sejak sebelum mereka menginjak kampus. Mereka dikirimi beberapa buku untuk dibaca (kebanyakan malah fiksi) untuk nanti didiskusikan waktu orientasi hari pertama. Yang juga penting adalah penegakan integritas (nyontek berarti DO!), tata cara membuat paper dsb.

Kembali ke orientasi, ternyata semua teman-teman adalah bukan orang Amerika! Suatu kabar baik, berarti gak usah minder mengenai bahasa inggris! Kebanyakan adalah dari dunia ketiga atau dua setengah: Mongolia, Rusian, Georgia, Azarbaizan, Kazakstan, India, Honduras. Ada juga dari dunia pertama: Jepang, Inggris. Rata-rata juga sudah agak berumur 30+, sebaya lah kira-kira! Seperti biasa setelah sanang sinawang, ketahuan juga beberapa yang bahasa inggrisnya sebelas-dua belas sama saya: Mongolia, Jepang, Korea (yang ini malah lebih parah, sumpah susah banget dipahami!). Jadi posisi aman!

Begitulah kira-kira. Hari-hari orientasi berjalan dengan lancar! Siap menyongsong hari-hari berikut!

17 Maret, 2008

Tinggal di Apartemen?..Wow (belum tentu) Kereenn!!!

Acara apa yang paling penting sebelum mulai kuliah? Tentu saja mencari kos-kosan kalo di Indonesia. Kalau di amrik sini? Tentu saja apartmen! Apartemen mahasiswa kayak apa kalo di Amrik? Apa seperti Pakubuwono Residence? Apa Taman Rasuna atau Taman Anggrek? Atau jangan-jangan seperti Rusun Penjernihan!

Begitulah, setelah kurang bisa tidur dengan baik, maklum jetlag plus badan pegel habis jadi kuli angkut, akhirnya pagi-pagi nyari sarapan. Di hotel? Tentu tidak, karena kita nginep di hotel paket hemat, ya gak ada sarapan! Terpaksa kita celingak-celinguk sambil mikir, apa ya sarapan orang amrik sini? Apa mereka makan kentang, apa roti, atau jangan-jangan nasi goreng! Setelah kita keluar dari hotel, nah, itu dia keliatan warung subway di sebelah hotel. Hm, pagi-pagi makan apa ya enaknya?

Begitu masuk, langsung kaget! Yang jaga warung orang item, gede banget, sangar lagi! Rambutnya dikepang kecil-kecil, badannya tinggi besar, pake kalung gitu! Dengan sedikit dorong-dorongan (maklum kita bertiga gak ada yang berani terdepan), akhirnya sampe juga di konter. Terus si item nanya yang gak jelas kira-kira bunyinya "hiieootugooo". Ini maksudnya apaan sih? Terpaksa jurus andalan dikeluarkan. Saya jawab (sebenarnya bukan njawab, tapi malah nanya): excuse, me? Si negro lalu ngejawab dengan slowly dan agak keras: "here or to go?". Nah, baru ngerti, ngomong dong dari tadi? Ternyata maksudnya mau makan sini apa dibungkus! Sekali lagi, TOEFL yang sekian ratus tadi gak ada gunanya! Soalnya di pelajaran bahasa inggris adanya bukan "here or to go" tapi "dine-in or take-out"!

Terus mau sarapan apa ya, rotinya ada bermacam-macam (entah gandum atau apa lah), terus dagingnya juga macam-macam (sapi, ayam, tuna, kalkun, mungkin juga bab-1), saosnya juga ada kali 12 macam! Daripada ngomong susah-susah, langsung aja nunjuk nomor yang tertera di foto di atas konter! Kira-kira bunyinya: number two, please! Ini adalah langkah cerdik untuk makan di amrik: kalau bingung ngomongnya tunjuk aja gambarnya. Udah selesai? Belum, ternyata si negro nanya lagi: half or one? Apa lagi maksudnya? Lalu dia terangin kalo half itu panjangnya 7 inci, sedang yang one itu 12 inci. Ha? Makanan panjangnya 12 inci? Itu kan 30 cm! Gede amat? Memang gua tukang gali sumur! Singkat kata kita pesen yang separo. Saosnya kita juga gak ngerti, pokoknya main tunjuk aja, dagingnya jelas yang sapi! Pas udah mau bayar, si item nanya lagi: lays? Apa lagi maksudnya, udah laper, mau bayar, masih ditanya lagi! Terpaksa 'excuse me' lagi, dan dia lalu tunjuk-tunjuk. O alah, ternyata dia nunjukin apa mau beli keripik kentang lay's yang ada di deket cash register. Ternyata itulah krupuknya orang amrik! Jadi mereka makan sambil makan kripik kentang, kayak kita makan gado-gado sambil makan krupuk tersanjung!

Akhirnya perjuangan berat untuk sarapan akhirnya selesai, perut kenyang makan subs 7 inci pakai sapi dan saus tomat tanpa sambel, minum coke (ingat, bukan coca-cola!), terus kripik kentang. Sarapan yang aneh!

Stephanie lalu datang, langsung cari apartemen. Sambil tersenyum-senyum gak jelas (maklum, sayalah orang pertama dari klan kasiranan yang akan tinggal di apartemen!), saya udah bayangin: hem, apartemen, pastinya bagus lah minimal kayak Taman Rasuna atau Taman Anggrek! Pasti masuknya pakai kartu gesek, Satpam 24 jam, terus air dingin/panas, bath-tub, ruang keluarga yang luas dsb.)

Ternyata apartmen yang dituju deket banget, mungkin cuman 3 menit dari hotel. Bagitu masuk kompleksnya, yah ternyata begitu doang. Fisiknya mungkin seperti rumah susun Pulomas! Beberapa bangunan kotak tiga lantai, warna merah bata, lapangan parkir, pokoknya dari luar mah jelek banget, gak ada bagus-bagusnya. Hilang deh bayangan Taman Anggrek! Namanya Chapel Tower Apartment. Namanya sih keren, cuman gak nyambung karena baik chapelnya maupun towernya gak keliatan!

Tapi masih terbit setitik harapan, siapa tahu dalemnya bagus! Yang direkomen adalah two-bedroom (saya sama Komara). Adanya di lantai dua, kita gunakan tangga. Begitu masuk, ternyata kosong melompong! Bahkan lampu di langit-langit juga gak ada (rupanya inilah model Amerika: penyewa harus beli standing lampu sendiri!). Lantai karpet. Kursi tamu, meja makan, tempat tidur semuanya nihil. Yang ada adalah kitchen set, kulkas (yang surprise gede banget!) plus bak mandi.

Kayaknya pembagian kamarnya rada aneh. Apartment nya luasnya sekitar 60m2. Living room agak luas (mungkin 3x5m), kemudian dapur (isinya 2 kompor listrik, oven, kulkas segede gajah), satu kamar tanpa kamar mandi, satu kamar dengan setengah kamar mandi (cuman wastafel sama kloset doang tanpa bak mandi --memang buat orang bule yang jarang mandi, cuman gosok gigi doang), kemudian kamar mandi dengan bath-tub dan kloset. Udah itu doang. Istilahnya di sana adalah 2 bedroom apartment with 1.5 bathroom. Ada-ada aja! Uang sewanya $600 sebulan.

Setelah membayar uang jaminan plus tanda tangan perjanjian sewa apartemen yang panjang banget plus hurufnya kecil-kecil, mulailah kita ke kantor telepon dan PLN. Karena udah tau kalo bahasa inggris kita rada-rada nggak nyambung, si Stephanie yang daftarin semua. Hebat juga ni amrik: siang pesan telpon+listrik, sorenya langsung nyala! Mungkin kalo di Indonesia perlu waktu sebulan!

Habis itu langsung makan siang. O iya si Stephanie karena sibuk digantikan oleh temennya, namanya Jessica. Nah, si Jessica ini masih agak muda, berbadan cukup gemuk dengan muka merah. Dia bilang ayo deh kita makan siang. Dalam hati, wah lumayan nih ditraktir! Akhirnya dia membawa kita ke sebuah restoran. Di jalan, si Jessica bilang: kok kalian ini pendiam amat sih! Ya iyalah kita mau ngomong apa, wong baru kenal dan juga masih rada gagap! Saya pesen apalah namanya pokoknya main tunjuk aja, ternyata yang datang kentang goreng+salad+sapi+daging babi iris tipis-tipis! Waduh, terpaksa nyingkirin dulu irisan tipis-tipis tadi. Porsi makan siang gede banget, dan ajaibnya Jessica menghabiskannya. Saya aja separo gak habis! Pantesan orang bule gede-gede! Mana gelas coke-nya segede ember!

Pas makan selesai, waiter datang menghitung tagihan. Ternyata saudara-saudara, kita bukannya ditraktir, tapi mbayar sendiri-sendiri! Pantesan si waiter (orang item gede banget!) ngitungnya kok dipisah-pisah. Sebelum mbayar Jessica ngasih tau bahwa kita harus memberikan tip yang besarnya 10-15%. Terpaksa deh ngitung dulu berapa besarnya tip, terus ditambahin ke total di billnya. Repot ya, tiap makan mesti ngitung 10-15%nya. Jessica bilang memang adatnya begitu, kecuali makan di fastfood yang tanpa waiter. Pantesan tadi waiternya ramah banget!

Pelajaran hari ini:
- Yang namanya apartemen ternyata ya rumah susun biasa
- Kalau diajak makan orang bule, kemungkinan sangat besar ternyata BS-BS kecuali dia yang bilang mau bayarin
- Waktu bayar makanan di restoran harus menghitung dulu tips yang pantas. Mendingan di Indonesia, bill sudah termasuk service charge!

Sampai di Tanah Tujuan.. eh, Desa Tujuan

Kalau Anda ditanya, bagaimana mengucapkan 'Durham' dalam bahasa Inggris, bagaimana jawabannya? Apakah itu dur-hem (seperti kita bilang hem=baju), atau dur-ham (seperti bilang ham pada 'hamburger'? Itulah yang terjadi pada saya. Ternyata cara bacanya bukanlah kedua bunyi tersebut, melainkan durem (seperti orang bilang 'filem'). Jadi where are you going? Jawabnya: durem. Soalnya waktu di Chicago saya jawab 'dur-hem' mereka bingung. Setelah diterangkan bahwa saya akan ke Raleigh North Carolina (nama bandara), baru mereka bilang 'durem' tersebut. Hm, bahasa yang aneh!

Pokoknya sampailah kita di RDU (call-signnya airport Durham). Wah, agak dingin! Apakah perlu mengeluarkan sapu tangan kulit yang sudah disipkan sejak berbulan-bulan sebelum berangkat? kayaknya belum deh, masih bisa dihandel! Ternyata kita bertiga sudah dijemput oleh orang dari universitas (mengenai universitasnya akan dibahas nanti). Namanya Stephanie Alt-Lamm, cukup dipanggil Stephanie (tentu saja!). Setelah berbasa-basi di pintu keluar, dia bilang: Ok, tunggu sebentar, saya akan pull-over mobil saya dulu! Waduh, saya bingung. Terus terang saya gak ngerti apa itu pull-over! Nilai TOEFL sih boleh di atas 600, tapi kalo ngomong ya ntar dulu! Ternyata maksudnya adalah minggirin mobil! Asem!

Setelah mobilnya nongol, wah ternyata gede juga ya! Dia naik Dodge yang gede, kayaknya segede Kijang Kapsul di kita. Dengan PD-nya saya mau buka pintu penumpang di kiri. Oops! Ternyata di situ Stephanie duduk! Saya baru sadar bahwa di Amrik sini nyetirnya di kiri, penumpang di kanan. Tentu saja Stephanie terheran-heran, ngapain ini orang udik mau buka pintu sopir! Terpaksa semua dijelasin dulu.

Langsung check-in ke hotel. Namanya Brownstone, sebuah hotel bintang dua. Kami bertiga (yaitu 1 cewek (Lisa), temen saya (Komara) dan saya sendiri) biar ngirit hanya nyewa satu kamar. Wong cuman semalem ini (besoknya langsung cari apartemen). Ternyata di hotel juga gak ada porter sodara-sodara! Seperti halnya di Airport, kita harus nggotong koper segede kulkas enam pintu ke kamar di lantai 4! Demi melihat koper segede gambreng itu, Stephanie sampai heran, kok koper gede amat!

Malam sudah pukul 23 waktu setempat. Langsung tidur sambil bayangin apa yang akan terjadi besok.

16 Maret, 2008

Jadi deh, saya berangkat!

Setelah melalui proses berliku yang tidak penting untuk ditampilkan di sini, akhirnya hari yang ditunggu pun tiba. Saya berangkat!

Tentu saja yang mengiringi kepergian saya banyak banget! Gimana gak banyak, sayalah orang pertama se-kasiranan (mbah Kasiran adalah kakek saya yang saya sendiri lupa-lupa ingat, maklum beliau wassalam waktu saya masih kecil banget! ) yang akan pergi ke LN sekolah secara gratis! Kalo gak asalah ada sekitar 3 mobil yang mengantar saya! Sebenernya ya agak malu juga, tapi ya bagaimana lagi (bahkan 2 ponakan saya yang masih SD bela-belain gak masuk sekolah dengan alasan 'mau ngantar om-nya pergi sekolah ke amerika'). belum lagi istri (lagi hamil 2 bulan), bapak, ibu, mertua, saudara-saudara, banyak deh! di terminal keberangkatan, ketemu dua temen yang juga berangkat ke sana yang ternyata juga dianter banyak sodara mereka!

Tujuan perjalanan: durham, north carolina. Rute: jakarta-singapura-chicago-durham. Waktu chek-in, minta 2 bagasi yang segede gaban langsung di tujuan akhir (durham), tapi ditolak oleh mbak di garuda, bolehnya di chicago (ternyata mbaknya salah: harusnya bisa langsung durham--yang mengakibatkan perjalanan jadi gak lancar, nanti dibahas di bawah).

Istirahat di singapura. Pura-puranya malemnya ke orchard road, karena baru besoknya ke chicago. Itulah kali pertama saya menggunakan bahasa inggris bukan dalam kapasitas belajar! nanya "ak"-"uk" (masih rada belepotan) ke sopir taxi, malah dia jawab pakai bahasa melayu! Terpaksa ngobrolnya dilanjutin pake bahasa indonesa saja! lebih gampang! jadi praktekin bahasa inggrisnya kapan-kapan aja!

Terbang ke chicago (saya lupa maskapainya, mungkin united airline), wah mulai banyak bule nih! tapi ya masih dieeem aja, wong ini baru pertama naik pesawat ke LN! sambil rada-rada tegang, clingukan. walah, ternyata kelas ekonomi kursinya sempit gitu ya! hampir mirip dengan kursi bis patas 21 jurusan blok M-ciputat jaman kuliah dulu! padahal kan terbang jauh, mungkin sekitar 11 jam! dijamin pegel!

Nah, kesempatan ngomong inggris tiba! Waktu pramugarinya nanyain minum apa sebagai pembuka, dengan pedenya saya bilang: coca-cola, please.. ( maklum mau ke amrik je!!). Gak mungkin dia akan salah tangkap. Ternyata dia ngerti. Waktu ngasih, dia bilang: your coke, sir! Baru saya tahu bahwa coca-cola itu panggilannya 'coke'. ternyata di amrik gak dikenal panggilan coca-cola, adanya ya si coke itu! Makanan juga sudah mulai berbau bule: sandwich, alias roti ditambah macam-macam bahan lalu ditumpuk! jadi: goodbye nasi, goodbye rendang, soto purnawarman, gudeg dsb!

Mendarat di bandara o'hare, chicago. Hore: saya sudah di amrik! Waduh! ternyata orang-orang bule segede-gede gambreng gitu! Gak polisi, gak petugas imigrasi, gak putih gak item, ternyata memang guede-guede banget! belum lagi anjingnya yang menjaga barisa antrian! Galak, bok! Mereka (maksudnya yang manusia) tingginya mungkin paling pendek 180cm-an. Lah, saya yang cuman 170cm yan jadi kecil banget! Mereka teriak ke sana ke sini mengatur antrean. Berhubung visa saya pelajar, ya lepas dari imigrasi ya gampang aja.

Nah, habis dari pintu imigrasi ini lah masalahnya. Berhubung mbak dari garuda memberi tiket bagasi hanya sampai chicago, maka kita harus ambil barangnya dulu. Penerbangan lanjutan ke Durham harus pindah terminal! Nah, berhubung bandara Chicago ini gedenya naudzubilah syaiton, terpaksa saya menggeret dua koper yang besar banget plus satu travel bag yang ditenteng. Terus naik kereta ke terminal lanjutan. Masyaallah! Pegel semua. Mana di Amrik sini gak ada 'mas-mas' yang bisa disuruh lagi! Kalo di Indonesia pasti udah dikrubutin!

Akhirnya sampai juga ke terminal keberangkatan, tapi ternyata pesawat yang dimaksud sudah cabut. Terpaksa nungguin pesawat berikut! Yah, lumayan sambil lirik-lirik dan mikir: o, ini ya yang namanya amrik!

Kesan pertama tentang amrik? Hem, orangnya gede-gede! terus, cuaca agak dingin, karena sudah habis summer-nya! Terus lagi, anak-anak kecil ngomong inggrisnya udah jago-jago! bahkan nangispun pake bahasa inggris! Hee he..

Apakah kami sampai tujuan dengan selamat? Kita tunggu kisah berikut!

Tanggal-tanggal Penting

Setidak-tidaknya ada empat tanggal penting menyangkut perkuliahan di Amrik sini: tanggal pengumuman diterima, tanggal berangkat, dan tanggal pulang. Eh, salah. Berarti ada tiga tanggal!

Baiklah mungkin perlu dikemukakan background information-nya: Saya adalah seorang pegawai negeri di Departemen Keuangan. Tepatnya di Direktorat Jenderal Pajak. Kebetulan, atau enaknya, di DepKeu ini ada banyak kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke mancanegara (salah satu rahasia kecil saya kenapa saya masuk STAN: karena waktu kelas dua SMA saya mendengar dari sorang sepupu saya bahwa lulusan STAN bisa mendapatkan kesempatan belajar di luneg secara gratis--sebuah kenyataan yang terbukti 15 tahun kemudian (kelas 2 tahun 1986 dikurangi tahun berangkat 2001)). Nah, keberangkatan saya adalah lewat jalur BPPK (Badan Pendidikan den Pelatihan Keuangan) yang mendapat 'bantuan' (alias utang) dari ADB. Nah, yang menentukan ikut nggaknya ya si BPPK itu. Tanggalnya lupa tapi pokoknya terjadi sekitar tiga hari sebelum saya diunduh mantu (nah, tanggal marriednya saya ya tentu saya inget, yaitu 1 Agustus 2000). Jadi pas saya mau pulang ke Jawa untuk diunduh mantu itulah saya dapat pengumuman bahwa saya lulus! Jadi siangnya saya disalamin ratusan orang, sorenya langsung ke bandara dan malamnya langsung masuk asrama buat pre-daperture training! Itulah tanggal penting pertama!

Nah, tanggal yang kedua, saya inget bener, yaitu tanggal keberangkatan ke amrik, 16 Agustus 2001. Kenapa inget, ya karena besoknya tanggal 17 Agustus!

Tanggal terakhir, ya tentu saja tanggal pulangnya. Tepatnya adalah 13 Mei 2003. Saya inget bener: 2 hari setelah wisuda. Berangkat berdua, pulang bertiga karena adanya si junior yang mbrojol di sana!

Nah, yang penting adalah yang terjadi antara tanggal 16 Agustus itu dengan 13 Mei. Apakah benar salju itu bagus? Apakah bener orang item itu sangar-sangar? Bagaimana pula punya anak yang lahir di sana? Apakah sekolah di amrik itu susah? Ikuti terus postingan saya berikutnya!